Pintasan.co, Gunungkidul – Padukuhan Dondong, Desa Jetis, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, memiliki makanan khas yang hanya ada di desa tersebut, yaitu Lemper Benguk.
Berbeda dengan lemper yang umumnya terbuat dari ketan, Lemper Benguk yang memiliki rasa gurih ini dibuat menggunakan kacang benguk atau kacang koro.
Inovasi makanan ini diciptakan oleh ibu-ibu di desa tersebut, mengingat kacang benguk merupakan salah satu hasil pertanian masyarakat setempat.
Seorang pembuat Lemper Benguk, Giyanti (60), mengatakan bahwa ide untuk membuat lemper benguk muncul karena rasa penasaran.
“Awalnya memang karena penasaran. Selama ini kan, lemper hanya terbuat dari ketan. Begitupun kacang benguk selama ini dimanfaatkan hanya untuk membuat tempe. Dari sinilah, mulai coba-coba resep ternyata sewaktu dibuat menjadi lemper rasanya tidak kalah enak,” ujarnya, Senin (10/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa pembuatan Lemper Benguk melalui proses yang cukup lama, terutama dalam pengelolaan kacang benguk yang perlu direndam selama 3 hari 3 malam untuk menghilangkan zat racun yang terkandung di dalamnya.
“Proses perendaman ini harus betul-betul dilakukan, karena jika tidak nanti masih ada racunnya. Kalau tidak bersih bisa membuat yang memakannya gatal-gatal,” ucapnya.
Setelah direndam selama beberapa hari, kacang benguk langsung direbus selama 6 jam. Proses perebusan ini bertujuan untuk menghilangkan kulit ari pada kacang.
“Proses perebusan ini juga memastikan zat racun dari kacang benguk sudah bersih. Kemudian, kacang tadi dikeringkan sebentar kemudian ditumbuk sampai halus menggunakan lumpang,” ucapnya.
Ia menambahkan, setelah kacang benguk dihaluskan hingga seperti tepung, kemudian diisi dengan suwiran ayam di dalamnya. Selanjutnya, bahan tersebut dibungkus dengan daun pisang.
“Setelah itu,lemper benguk yang sudah diisi suwiran daging ayam tadi direbus. Proses perebusan membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Setelah itu, lemper benguk bisa dinikmati,” paparnya.
Ia menyebutkan bahwa biasanya dalam sehari, mereka dapat membuat hingga ratusan Lemper Benguk, namun pembuatan tersebut umumnya dilakukan berdasarkan pesanan terlebih dahulu.
“Setiap hari produksi bisa ratusan, terutama karena memang ada pesanan juga. Kalau harga jualnya dihargai Rp3000 per lempernya,” ungkapnya.
Berkat keunikannya, proses pembuatan Lemper Benguk di Padukuhan Dondong menjadi salah satu daya tarik wisata edukasi yang bertujuan untuk mengenalkan kekayaan kuliner lokal kepada para wisatawan.
Ketua Pokdarwis Tampo Wangen, Subandi Harjono, menyebutkan bahwa Lemper Benguk telah menjadi simbol desa wisata di daerahnya.
“Jadi, desa wisata kami memiliki paket wisata menggunakan jip tur menyusuri desa-desa. Dan, salah satu tujuannya adalah sentra pembuatan lemper benguk di Padukuhan Dondong tersebut,” terangnya.
Ia mengatakan bahwa pembuatan Lemper Benguk menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal ini karena para wisatawan dapat menyaksikan langsung proses pembuatan Lemper Benguk, mulai dari awal hingga siap untuk dinikmati.
“Dan, tentunya ini menjadi pengalaman baru bagi wisatawan juga. Sebab, banyak yang baru tahu ternyata, benguk bisa juga dibuat lemper. Dan, rasanya tidak kalah enaknya,” terangnya.
Seorang wisatawan, Yani (52), menyatakan bahwa rasa Lemper Benguk tidak kalah lezat dibandingkan lemper ketan.
Dia bahkan mengungkapkan bahwa rasanya lebih gurih dengan tambahan sensasi manis dari kacang benguk yang digunakan.
“Kalau saya rasa Lemper Benguk ini lebih gurih dibanding lemper ketan. Sebab, ini ada sisi rasa manis yang dihasilkan dari kacangnya tadi, tapi manisnya itu pas tidak eneg. Kalau lemper ketan kan cenderung hanya asin saja, jadi lemper benguk ini lebih kaya rasa,” tandasnya.