Pintasan.co, Kudus – Tari Kretek, sebuah tradisi budaya khas Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, telah diakui di dunia internasional. Tarian ini menggambarkan proses pembuatan rokok kretek mulai dari produksi hingga pengemasan dan pemasaran.
Sejak pertama kali dipopulerkan pada tahun 1986, Tari Kretek tetap terjaga dan dilestarikan dengan baik.
Pada Sabtu (22/2/2025), Tari Kretek berhasil tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) setelah memecahkan rekor “Pagelaran Tari Kretek dengan Peserta Terbanyak.” Acara tersebut digelar oleh Pemerintah Kabupaten Kudus di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, dengan melibatkan 1.405 penari, termasuk pelajar SD, SMP, SMA, serta para seniman tari dari berbagai sanggar seni di Kabupaten Kudus.
Pencapaian ini menjadi bukti atas perjuangan Endang Tonny (62), pencipta Tari Kretek, yang kini karyanya diakui dan dikenal tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional.
Filosofi Tari Kretek
Perjuangan yang tidak sia-sia, seperti yang diungkapkan dalam perumpamaan tersebut, menggambarkan bagaimana Tari Kretek lahir dari tangan kreatif Endang, yang berhasil menggambarkan proses pembuatan rokok kretek melalui gerakan tari.
Endang pun tak menyangka di usia 62 tahun, karyanya yang diciptakan pada 1986 kini menjadi kebudayaan khas Kota Kretek.
Endang menceritakan bahwa terciptanya Tari Kretek tidak terlepas dari gagasan Soepardjo Rustam, yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dan Menteri Dalam Negeri.
Pada peresmian Museum Kretek di Kabupaten Kudus pada tahun 1986, Soepardjo Rustam, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, meresmikan langsung museum tersebut.
Dari situ, muncul ide untuk menciptakan sebuah tarian tradisional di Kabupaten Kudus sebagai upaya melestarikan budaya Kota Kudus dan memperkuat identitas daerah Kota Kretek.
Endang Tonny, yang dikenal sebagai seniman legendaris di Kabupaten Kudus, dipilih untuk merancang gerakan-gerakan tari menjadi sebuah karya utuh yang siap untuk dipentaskan.
Pada waktu itu, Endang sudah dikenal sebagai seniman tari yang telah meraih berbagai prestasi di bidangnya.
Sejak kecil, kecintaannya terhadap seni tari membawanya pada kesempatan untuk menciptakan tarian tradisional khas Kota Kretek.
Menurutnya, Tari Kretek terinspirasi oleh proses pembuatan rokok, mengingat sebagian besar masyarakat Kudus pada waktu itu bekerja sebagai buruh rokok.
Endang melakukan penelitian selama sekitar 1-2 bulan di pabrik-pabrik rokok untuk mempelajari proses pembuatan rokok secara mendalam.
Hasil pengamatannya kemudian diubah menjadi rangkaian gerakan tari, yang sekarang dikenal dengan nama Tari Kretek.
“Kira-kira butuh waktu 2-3 proses membuat gerakan, itu belum termasuk saya datang langsung ke pabrik rokok untuk melihat proses di dalamnya. Karena harus tahu dulu apa saja yang dilakukan berkaitan dengan produksi rokok,” terangnya, Minggu (23/2/2025).
Setelah lebih dari 12 gerakan tari tercipta, Endang mulai menggabungkannya menjadi sebuah rangkaian gerakan tari yang utuh.
Dalam prosesnya, Endang dibantu oleh Supriyadi (almarhum), suami tercinta. Setiap kali Endang melatih gerakan tari, ia diiringi oleh musik yang diciptakan oleh suaminya melalui suara mulut.
Setelah semua gerakan tari tersusun dengan baik, suaminya menciptakan aransemen musik pendukung, yang disebut iringan gending, dengan menggunakan suara gamelan dan beberapa alat musik lainnya.
Akhirnya, Tari Kretek selesai diciptakan dengan durasi asli 10 menit 27 detik. Tarian ini kemudian mulai diperkenalkan kepada masyarakat, yang menceritakan proses pembuatan rokok kretek, mulai dari produksi hingga pengemasan, hingga akhirnya siap dipasarkan.
“Awalnya Tari Kretek ini ditampilkan dalam acara penyambutan tamu negara dan tamu kehormatan. Penarinya memakai baju adat Kudus dilengkapi caping kalo dan tampah sebagai properti. Sekarang sudah sering ditampilkan di acara-acara yang dihadiri banyak orang,” tuturnya.
Gerakan dalam Tari Kretek
Gerakan pembuka Tari Kretek menggambarkan para pekerja wanita yang sedang menuju pabrik. Selanjutnya, gerakan inti menunjukkan aktivitas para pekerja wanita dalam proses pembuatan rokok kretek.
Pada gerakan penutup, tari ini menggambarkan para pekerja yang memasarkan rokok kretek yang telah selesai dikemas.
Tari Kretek ini bahkan telah dipentaskan di berbagai negara, seperti Jepang, China, dan beberapa negara lainnya.
Endang merasa bangga karena karyanya kini semakin dikenal oleh banyak orang.
Sebagai pencipta, Endang berharap agar generasi muda tidak melupakan untuk mempelajari dan menjaga kelestarian tari tradisional, agar Tari Kretek tetap terjaga dan terlestarikan dengan baik sepanjang waktu.
“Saat ini Tari Kretek sudah diakui dunia. Semoga Tari Ketek ini bisa lestari dari masa ke masa. Generasi muda suka dan senang degan Tari Kretek,” pungkas Endang yang juga sebagai pemilik Sanggar Seni Puring Sari Kudus.