Pintasan.co, Solo – Waduk Cengklik merupakan salah satu tempat rekomendasi untuk menikmati suasana sore yang syahdu dan lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Solo.
Di sini, bisa merasakan keindahan sore hari yang dilengkapi dengan panorama sunset yang memukau tepat di depan mata.
Waduk ini berlokasi di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
Beberapa pengunjung sering memanfaatkan waktu di Waduk Cengklik untuk memancing ikan sambil menikmati keindahan matahari terbenam yang terlihat jelas di depan mata.
Tempat ini biasanya mulai ramai sekitar pukul 16.00 WIB hingga menjelang waktu Maghrib.
Di balik pesona Waduk Cengklik sebagai lokasi favorit untuk menikmati sunset, terdapat sejarah menarik yang layak untuk disimak.
Berdasarkan informasi dari buku Legenda Waduk Cengklik karya Sri Sunarni dan Ahmad Shofingi, waduk ini memiliki luas sekitar 300 hektar dan sebagian besar difungsikan sebagai sumber air untuk kebutuhan pertanian.
Uniknya saat air jatuh ke dalam kedalaman waduk suara yang dihasilkan menyerupai bunyi gamelan yang sedang ditabuh. Selain itu, terdapat juga sendang Klampok dan sendang Semindi yang menjadi bagian dari kawasan ini.
Perlu diketahui bahwa waduk ini dulunya terbentuk dari beberapa sendang, salah satunya adalah sendang Tretes dengan kedalaman sekitar 70 meter. Nama “Tretes” sendiri diambil dari suara air yang jatuh dari atas yang berbunyi “tres, tres.”
Karena itu ketika air jatuh ke dalam waduk suaranya akan bergema dan menyerupai bunyi gamelan yang sedang dimainkan.
Selain waduk, terdapat pula sendang Klampok dan sendang Semindi di sekitarnya.
Waduk Cengklik dibentuk dari sungai-sungai yang mengalir dari daerah Sambi dan Watu Lincak yang sengaja dibendung atas perintah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya.
Pada saat itu, beliau menjabat sebagai Pengangeng Puro Mangkunegaran bekerja sama dengan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926 hingga 1928.
Selain berfungsi sebagai pengairan, waduk ini juga dibangun untuk menampung aliran air hujan dari kampung-kampung di sekitarnya.
Waduk ini juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air saat penggilingan tebu serta mengairi tiga wilayah, yaitu Colomadu, Ngemplak, dan Nogosari.
Nama Waduk Cengklik diambil dari nama dusun terdekat dan pertama yang ditemukan di sekitar waduk, yaitu Dusun Cengklik.
Selain itu, waduk ini menyimpan berbagai cerita menarik yang menggambarkan latar belakang sejarah awal pembangunannya.
Seiring waktu, Waduk Cengklik kini dimanfaatkan sebagai destinasi wisata, terutama untuk menikmati keindahan matahari terbenam.
Pengunjung biasanya datang ke tempat ini untuk menikmati pemandangan, berolahraga, atau mencicipi berbagai hidangan kuliner yang tersedia di sekitar waduk.