Pintasan.co, Jakarta – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan maksud di balik pernyataannya mengenai ukuran celana jeans pria yang lebih dari 32 sebagai indikator risiko kematian dini.

Menurutnya, ia sebenarnya ingin menyampaikan pentingnya menjaga Indeks Massa Tubuh (BMI), namun menggunakan ukuran celana dianggap lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas.

“Saya ini kadang kalau ngomong bisa disalahartikan. Maksud saya, ketika lemak menumpuk di bawah kulit itu masih aman. Tapi kalau sudah menempel di organ dalam seperti hati dan jantung, itu disebut lemak visceral, dan sangat berbahaya,” terang Budi usai rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta.

Budi menambahkan, lemak visceral dapat memicu pelepasan sitokin pro-inflamasi seperti interleukin-6, yang berpotensi merusak organ tubuh bila dilepas dalam jumlah besar.

Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya menurunkan kadar lemak dalam tubuh, terutama yang menempel pada organ vital.

“Target idealnya adalah menjaga BMI di bawah angka 24. Tapi karena istilah BMI kadang sulit dipahami, maka patokan sederhana bisa dengan lingkar perut: untuk pria di bawah 90 cm, dan wanita di bawah 80 cm,” jelasnya.

Sebelumnya, Menkes sempat menyinggung bahwa pria dengan ukuran celana jeans 33-34 bisa dikategorikan obesitas.

Ia menyebut ukuran tersebut dapat menjadi sinyal awal risiko kematian dini.

“Kalau laki-laki masih pakai jeans ukuran 33 atau 34, itu pertanda obesitas. Artinya risiko kesehatannya tinggi dan umur bisa lebih pendek,” ujar Budi. “Bukan mau menghina penampilan, tapi ini soal kesehatan,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan pentingnya pengaturan pola makan.

Ia mengutip ajaran Nabi Muhammad SAW untuk berhenti makan sebelum merasa kenyang sebagai langkah pencegahan obesitas.

Baca Juga :  Menkes Budi Gunadi Hadiri Peresmian Program CKG di SMPN 5 Kota Bandung

Ia juga merekomendasikan olahraga minimal 5 kali seminggu, dengan durasi 30 menit setiap sesi.

“Cukup 30 menit setiap kali, dan lakukan terus sampai akhir hayat,” tuturnya.

Terakhir, Budi mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan mental.

“Jangan terlalu stres, karena tekanan psikologis juga bisa memicu penyakit kejiwaan,” tutupnya.