Pintasan.co – Penentuan awal puasa dalam Islam merupakan salah satu aspek penting dalam penanggalan hijriah yang berkaitan dengan ibadah umat Muslim.
Dalam sejarahnya, terdapat berbagai metode yang digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadan, yang secara umum terbagi menjadi dua pendekatan utama, yaitu : rukyatul hilal (pengamatan langsung terhadap hilal) dan hisab (perhitungan astronomi).
1. Rukyatul Hilal
Rukyatul hilal adalah metode tradisional yang dilakukan dengan cara mengamati bulan sabit pertama (hilal) setelah matahari terbenam pada tanggal 29 bulan Syaban.
Jika hilal terlihat, maka keesokan harinya ditetapkan sebagai 1 Ramadan. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka bulan Syaban digenapkan menjadi 30 hari, dan puasa dimulai lusa.
Metode ini berdasarkan beberapa hadis Nabi Muhammad SAW, salah satunya:
“Berpuasalah kalian ketika melihat hilal, dan berbukalah ketika melihat hilal. Jika hilal tertutup awan, maka genapkanlah bulan Syaban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, tantangan dalam rukyatul hilal adalah faktor cuaca dan perbedaan kemampuan pengamat dalam melihat hilal.
2. Hisab
Hisab adalah metode penentuan awal bulan berdasarkan perhitungan astronomi. Dalam metode ini, posisi bulan dihitung secara matematis untuk menentukan kapan hilal mungkin terlihat.
Hisab dianggap lebih akurat karena tidak tergantung pada kondisi cuaca atau keterbatasan penglihatan manusia.
Beberapa organisasi Islam, seperti Muhammadiyah di Indonesia, menggunakan hisab dalam menetapkan awal Ramadan dan hari raya.
Metode ini telah berkembang dengan teknologi modern, termasuk penggunaan perangkat lunak astronomi.
3. Kombinasi Rukyatul Hilal dan Hisab
Di beberapa negara, termasuk Indonesia, metode kombinasi rukyat dan hisab digunakan. Pemerintah biasanya mengadakan sidang isbat yang melibatkan ulama, ahli astronomi, dan pemerintah untuk menentukan awal Ramadan.
Data hisab digunakan sebagai panduan, sementara rukyat tetap dilakukan sebagai konfirmasi.
Perbedaan dan Upaya Penyatuan
Perbedaan metode ini terkadang menyebabkan perbedaan dalam penetapan awal Ramadan di berbagai negara atau bahkan dalam satu negara.
Upaya penyatuan kalender hijriah global masih menjadi pembahasan di antara ulama dan ilmuwan Muslim.
Baik rukyatul hilal maupun hisab memiliki kelebihan masing-masing dalam menentukan awal puasa. Yang terpenting adalah mengikuti keputusan yang diambil oleh otoritas Islam di masing-masing negara demi persatuan dan keseragaman dalam menjalankan ibadah Ramadan.