Pintasan.co, Jakarta – Sejumlah negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan komitmennya untuk membeli persenjataan buatan Amerika Serikat senilai jutaan dolar guna memperkuat Ukraina dalam menghadapi Rusia.
Pernyataan ini muncul setelah para menteri luar negeri negara-negara NATO menggelar pertemuan di Brussel untuk membahas perkembangan terbaru upaya Amerika Serikat menjembatani perundingan antara Moskow dan Kyiv yang hingga kini belum membuahkan hasil.
Situasi ini diperkeruh oleh ultimatum Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyatakan kesiapan Rusia menghadapi perang dengan Eropa.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menegaskan bahwa meskipun jalur diplomasi masih diupayakan, Ukraina tetap harus berada dalam posisi yang kuat selama proses perundingan berlangsung.
Ia menilai, belum ada kepastian kapan pembicaraan perdamaian akan benar-benar menghasilkan kesepakatan.
Sebagai tindak lanjut, Jerman, Polandia, Norwegia, Belanda, dan Kanada bersama-sama menyatakan komitmen tambahan dana sekitar satu miliar dolar AS untuk mendukung skema pembelian senjata AS bagi Ukraina.
Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Barth Eide, menekankan bahwa Ukraina harus tetap kokoh, sementara NATO sebagai aliansi militer terbesar harus terus menunjukkan komitmen kuat.
Sejumlah pejabat NATO juga menyampaikan kekecewaan terhadap sikap Presiden Rusia Vladimir Putin yang dinilai belum menunjukkan kesediaan untuk berkompromi demi perdamaian.
Menteri Dalam Negeri Inggris, Yvette Cooper, mendesak Putin menghentikan kekerasan dan mulai membuka ruang dialog demi terciptanya perdamaian yang adil dan berkelanjutan bagi Ukraina.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Finlandia, Elina Valtonen, menilai ancaman Rusia seharusnya tidak melemahkan upaya perdamaian maupun membuat NATO gentar. Ia menegaskan bahwa kekuatan NATO dan Eropa terus diperkuat dari hari ke hari.
Dalam upaya penyelesaian konflik, NATO dinilai masih tertinggal dibandingkan Amerika Serikat.
Kesan tersebut semakin kuat setelah Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, tidak menghadiri pertemuan di Brussel.
Sejak pecah pada Februari 2022, perang Rusia-Ukraina telah memicu berbagai desakan internasional untuk gencatan senjata permanen. Meski banyak proposal damai diajukan, belum satu pun diterima kedua pihak.
Amerika Serikat kini berupaya menjadi mediator, namun proses negosiasi masih sering mengalami kebuntuan.
Dalam forum investasi di Moskow awal Desember lalu, Putin kembali memperingatkan Eropa dengan menyatakan bahwa Rusia selalu siap menghadapi perang jika konfrontasi militer benar-benar terjadi, meski ia mengklaim tidak berniat memulai konflik.
