Pintasan.co, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai Rp15.290 per Dolar AS. Penurunan ini merupakan imbas dari ketegangan di Timur Tengah.

“Sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat negatif, indeks saham AS dan Eropa ditutup turun. Serangan Iran ke Israel menaikkan ketegangan di Timur Tengah, memicu aksi safe haven,” ujar Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra.

Namun, Ariston mengatakan bahwa kondisi ini tidak terlalu berdampak negatif di pasar. Indeks pasar Asia menunjukkan penguatan, dan nilai tukar mereka juga menguat terhadap dolar AS. Hal ini mungkin dapat mencegah pelemahan yang signifikan pada rupiah.

Ariston memprediksi bahwa rupiah akan kembali melemah pada Rabu, 2 Oktober 2024, menuju level 15.250 per dolar AS, dengan kemungkinan menguat ke arah 15.180 per dolar AS.

Sebelumnya, rupiah mengalami pelemahan di awal bulan pada Selasa, 1 Oktober 2024. Rupiah ditutup melemah 66 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari itu, setelah sempat merosot 75 poin ke level Rp.15.206, dari penutupan sebelumnya di Rp.15.140.

Pelemahan rupiah terjadi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi sebesar 0,12% pada September 2024, yang merupakan deflasi kelima sepanjang tahun ini.

Tingkat inflasi Indonesia pada bulan tersebut mencapai 1,84% secara tahunan, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun menjadi 105,93 dari 106,06 pada Agustus.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama deflasi bulanan, sedangkan ikan segar dan kopi bubuk berkontribusi terhadap inflasi.

Para analis memperkirakan inflasi tahunan akan mereda, dengan proyeksi rata-rata inflasi September 2024 sebesar 2,00%, turun dari 2,12% di bulan Agustus. Meski demikian, masih diharapkan adanya deflasi bulanan.

Baca Juga :  Cegah Ancaman Terorisme dan Radikalisme, Pemkab Gunungkidul Jalin Kerja Sama dengan Densus 88