Pintasan.co, Yogyakarta – Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar pameran yang memikat perhatian masyarakat.
Pameran temporer bertajuk “Parama Iswari” ini mengajak pengunjung untuk mendalami cerita tentang peran dan keagungan perempuan di lingkungan keraton.
Nama “Parama Iswari” memiliki makna yang mendalam. “Parama” berarti kelebihan atau keunggulan, sedangkan “Iswari” mengacu pada perempuan utama atau mulia.
Kombinasi kedua kata ini melambangkan konsep “perempuan yang melebihi keutamaan.”
Dengan mengusung tema “Parameswari: Perempuan Tangguh dan Berkarisma,” pameran ini membawa pengunjung menjelajahi berbagai ruang yang menghadirkan kisah-kisah unik.
Salah satu elemen yang mencuri perhatian adalah instalasi berupa bingkai dan cermin yang sarat dengan simbolisme.
Instalasi ini merepresentasikan bagaimana perempuan menghadapi keterbatasan ruang gerak dan pola pikir selama masa kolonial.
Di antara koleksi yang ditampilkan, Gamelan Kanjeng Nyai Marikangen menjadi salah satu saksi sejarah yang menarik perhatian.
Gamelan ini memiliki keunikan tersendiri, karena dibuat pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II dan dikhususkan untuk perempuan.
Kehadirannya dalam pameran ini menjadi bukti bagaimana seni dan budaya memberikan tempat istimewa bagi perempuan di lingkungan keraton.
Pengunjung juga dapat menikmati berbagai koleksi menarik lainnya, seperti busana dan aksesori yang merepresentasikan keanggunan serta martabat perempuan keraton.
Setiap koleksi yang dipamerkan tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mengandung cerita dan makna mendalam tentang peran perempuan dalam sejarah Keraton Yogyakarta.
Pameran “Parama Iswari” yang diselenggarakan di Kedhaton Keraton Yogyakarta ini dibuka untuk umum pada hari Selasa hingga Minggu, dari 5 Oktober 2024 hingga 26 Januari 2025.
Pameran ini menjadi kesempatan istimewa bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah dan kontribusi perempuan dalam budaya Jawa, khususnya di lingkungan keraton.
