Pintasan.com, Jakarta – PT Danantara Prima Internasional berencana menanamkan modal strategis di PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) untuk menambah kapasitas pembangkit panas bumi sebesar 395 megawatt dalam dua tahun ke depan. Rencana ini diumumkan manajemen Danantara pada publikasi akhir pekan lalu dan memicu optimisme di kalangan pelaku energi bersih.
PGEO sendiri telah mengoperasikan sejumlah lapangan panas bumi dengan total kapasitas sekitar 1.500 megawatt. Namun, pemanfaatan potensial panas bumi Indonesia yang diperkirakan mencapai 29 gigawatt masih terbatas. Kolaborasi dengan investor swasta seperti Danantara dinilai krusial untuk menjembatani kesenjangan antara target bauran EBT 23 persen pada 2025 dan realisasi di lapangan.
Gagas Nusantara menyambut positif peluang ini sebagai momentum penting dalam transisi energi nasional. Menurut Direktur Gagas Nusantara, Romadhon Jasn, investasi Danantara memperlihatkan kepercayaan pasar terhadap fundamental bisnis geothermal PGEO.
“Ini bukan sekadar suntikan dana, melainkan komitmen nyata memperkuat kedaulatan energi bersih,” ungkapnya ke media, Sabtu (17/5).
Namun, untuk mencapai laju ekspansi yang ambisius, Gagas Nusantara menilai perlu adanya sinergi kebijakan antara Kementerian ESDM, regulator keuangan, dan pemangku kepentingan lain. Kebijakan fiskal, seperti insentif pajak dan percepatan perizinan, harus dirumuskan dengan mempertimbangkan risiko investasi yang melekat pada sektor panas bumi.
Pengembangan lapangan baru tidak hanya soal kapasitas terpasang, tetapi juga soal dampak lingkungan dan sosial. Gagas Nusantara menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap tahap proyek, agar manfaat energi bersih dan peluang kerja dirasakan langsung di daerah.
Di level korporasi, PGEO diharapkan bisa mentransfer teknologi mutakhir dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia nasional. Romadhon menyoroti peran penting pelatihan vokasi, penelitian bersama universitas, dan inkubasi startup energi hijau untuk memperluas ekosistem inovasi.
Peluang kerja lokal juga menjadi aspek penting. Penambahan kapasitas hampir 400 megawatt diprediksi menyerap ribuan tenaga kerja, baik di fase konstruksi maupun operasi. Menurut Gagas Nusantara, ini menjadi bagian dari keadilan pembangunan agar manfaat ekonomi disebar ke wilayah penghasil panas bumi.
Lebih jauh, Gagas Nusantara mendorong penyusunan roadmap integrasi investasi Danantara-PGEO dengan target nasional. Dokumen tersebut perlu memuat jadwal pembangunan, indikator keberlanjutan lingkungan, serta mekanisme pemantauan publik agar setiap langkah terukur dan transparan.
Dengan dukungan kuat dari investor dan kebijakan yang berpihak, Indonesia dapat menyalip ketertinggalan dalam pemanfaatan panas bumi.
“Kita punya modal alam melimpah, kini saatnya membuktikan bahwa geothermal bisa menjadi tulang punggung energi baru terbarukan,” tutup Romadhon.