Pintasan.co, Kudus – Pembangunan kolam retensi pengendali banjir di Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus oleh pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana sedang berlangsung.

Selain membuat rencana pengendalian banjir, program pembangunan kolam retensi juga memperbaiki lingkungan di tiga dukuh di Desa Jati Wetan meliputi dukuh Gendok, Barisan, dan Tanggulangin.

Kepala Desa Jati Wetan, Agus Susanto menjelaskan bahwa dampak pembangunan kolam retensi di Desa Jati Wetan tidak dapat diragukan lagi terhadap lingkungan sekitar.

Utamanya terhadap kondisi jalan dan udara di permukiman yang dekat dengan proyek.

Meskipun demikian, penduduk Desa Jati Wetan, terutama mereka yang tinggal di wilayah Gendok, Barisan, dan Tanggulangin, telah mengajukan permohonan kepada pelaksana proyek untuk pembenahan dan penataan lingkungan.

Seperti contoh, peningkatan jalan permukiman yang sering terendam banjir. Serta penataan fasilitas umum, seperti pengurukan lahan untuk pembangunan mushola, masjid, lapangan sepakbola, dan lapangan bola voly.

Agus Susanto menjelaskan, pengurukan lahan fasilitas umum dan jalan perkampungan diambilkan dari tanah galian di lokasi pembangunan kolam retensi.

Pengangkutan tanah ke lokasi lahan yang diuruk dilakukan menggunakan truk melintasi jalan-jalan permukiman.

Proyeksi lapangan bola voly berada di belakang terminal kargo perbatasan Gendok dan Tanggulangin, lapangan sepakbola di Dukuh Gendok di bawah tower, peninggian atau pengurukan jalan di RT 6 RW 3, pengurukan mushola di Dukuh Barisan dan Dukuh Gendok.

“Semua itu didasarkan pada kebutuhan masyarakat, yaitu kebutuhan masyarakat untuk penyediaan fasilitas umum dan upaya antisipasi banjir,” terangnya.

Dalam proses pengajuan ke BBWS Pemali Juana, pembenahan lingkungan di sekitar pembangunan kolam retensi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fasilitas umum dan bukan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu.

Penataan lingkungan, yang telah berlangsung lebih dari enam bulan, bertujuan untuk membantu masyarakat sekitar memenuhi kebutuhan bersama.

“Pembenahan lingkungan ini sudah melalui sosialisasi pekerjaan atas permintaan warga. Dengan harapan masyarakat diuntungkan dengan adanya program pembangunan kolam retensi pengendali banjir, serta membawa dampak positif bagi pembangunan lingkungan sekitar,” ujarnya

Selama proses penataan fasilitas umum lingkungan yang terkait dengan pembangunan kolam retensi, ada pro dan kontra.

Baca Juga :  Strategi Baru Atasi Banjir: Pramono Anung Akan Bangun Sumur Resapan di Saluran Air, Bukan di Jalan

Sejumlah warga merasa terganggu oleh efek polusi udara yang tidak sehat, karena berdebu dan jalan permukiman yang licin saat hujan.

Keluhan tersebut direspons pelaksana pekerjaan mengatasi masalah ini dengan menyiapkan pembersih dan alat pendukung setiap hari.

Salah satunya adalah komitmen untuk memperbaiki fasilitas warga jika terjadi kerusakan akibat pembangunan kolam retensi.

Pembersihan jalan biasanya dilakukan minimal sekali setiap hari pada sore hari dan dilakukan secara berkala dengan mempertimbangkan keadaan.

Sejumlah warga sekitar juga dilibatkan dalam proses berjalannya pembangunan kolam retensi.

Mulai dari tenaga keamanan, penjaga alat, tenaga kebersihan, dan beberapa kebutuhan SDM lainnya.

Anggota DPRD Kabupaten Kudus, Rochim Sutopo menegaskan, selama proses pembangunan kolam retensi berlangsung pastinya berdampak pada situasi dan kondisi lingkungan sekitar.

Masyarakat diminta untuk tetap bersabar selama proses konstruksi terus berlanjut. Tujuan pembuatan kolam retensi adalah untuk mengatasi banjir di Kecamatan Jati dan sekitarnya.

Namun, politikus PAN tersebut mengingatkan pelaksana pekerjaan agar lebih memperhatikan pekerjaan yang ramah lingkungan, menghindari suara bising, dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Seperti contoh pemanfaatan jalan permukiman.

Sebaliknya, Rochim Sutopo menyatakan bahwa pelaksana pekerjaan harus berkomitmen dan bertanggung jawab atas semua masalah yang muncul dan berdampak pada lingkungan.

“Pembangunan kolam retensi ini memberikan dampak yang bagus, menangani banjir sekaligus penampungan air. Nantinya bisa digunakan untuk penampung air, dikelola oleh masyarakat sebagai pendapatan desa,” tutur dia.