Pintasan.co, Jakarta – Pemerintah tengah mempersiapkan pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk turut serta dalam proses merger antara Grab dan Gojek.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyebut bahwa pemerintah sedang menyusun aturan yang akan mengatur penggabungan dua perusahaan transportasi daring tersebut.
Menurut Prasetyo, pemerintah telah melakukan pembahasan langsung dengan para pimpinan Grab dan Gojek.
“Danantara akan ikut terlibat karena ada proses korporasi yang menjadi bagian dari pembahasan tersebut,” ujarnya di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (7/11).
Isu merger Grab dan Gojek sebenarnya sudah muncul sejak Juni lalu, namun sempat dibantah oleh kedua belah pihak.
Kini, wacana tersebut kembali mencuat menjelang penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) tentang ojek online (ojol) oleh Presiden Prabowo Subianto pada akhir tahun 2025.
Prasetyo menjelaskan bahwa rencana penggabungan ini merupakan bentuk keberpihakan pemerintah terhadap para mitra pengemudi ojol.
Ia menilai merger kedua perusahaan akan membantu menjaga keberlangsungan usaha sekaligus mempertahankan jutaan lapangan kerja.
“Perusahaan-perusahaan ini menyediakan layanan yang menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang. Kami menyadari para pengemudi ojol adalah pahlawan ekonomi,” kata Prasetyo.
Selain itu, pembahasan merger ini juga masuk dalam rancangan Perpres Ojol yang akan mengatur perlindungan hukum, status, dan tarif bagi para pengemudi ojek online.
“Aturannya sedang disempurnakan dengan melibatkan berbagai pihak, baik dari kalangan mitra ojol maupun aplikator,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mengungkapkan bahwa pemerintah ingin GoTo Gojek Tokopedia dimiliki mayoritas oleh pihak Indonesia.
Saat ini, berdasarkan laporan tahunan 2024, sekitar 73,9 persen saham GoTo dimiliki oleh investor asing, termasuk SoftBank Group dari Jepang dan Taobao Holding dari Alibaba Group asal Tiongkok.
Kabar tentang rencana Grab mengakuisisi Gojek sudah muncul sejak 2020 dan kembali mencuat pada 2024.
Bloomberg sempat melaporkan bahwa penggabungan keduanya ditargetkan rampung pada kuartal II 2025.
Namun, Grab Holdings Ltd menegaskan belum ada pembicaraan resmi maupun perjanjian terkait akuisisi GoTo.
Menurut laporan Reuters, proses merger ini masih dikaji karena pemerintah Indonesia tengah menilai dampaknya terhadap kesejahteraan mitra pengemudi dan persaingan pasar.
Pemerintah juga menekankan agar hasil penggabungan tersebut memberikan manfaat lebih besar, seperti peningkatan insentif dan kesejahteraan bagi pengemudi.
Sementara itu, The Economist menilai bahwa jika merger ini terwujud, Grab dan GoTo akan membentuk raksasa teknologi Asia Tenggara yang menguasai hampir 80 persen pasar transportasi daring dan 66 persen layanan pesan-antar makanan di kawasan tersebut.
Meski demikian, nilai gabungan perusahaan ini masih berada di bawah Sea Ltd, induk dari Shopee.
