Pintasan.co, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah tengah menyiapkan penerapan bahan bakar campuran etanol 10% atau E10 yang ditargetkan mulai diberlakukan paling lambat pada tahun 2027.
Menurut Bahlil, kebijakan ini menjadi langkah strategis pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bensin yang selama ini masih cukup besar.
“Terkait mandatori E10, kami sedang menghitung waktu yang paling tepat untuk penerapannya. Saat ini kajian sedang dilakukan, apakah mulai 2027 atau 2028. Namun, perkiraan saya, paling lambat tahun 2027 sudah bisa dijalankan,” jelasnya saat ditemui di Istana Kepresidenan, Senin (21/10).
Ia menjelaskan, agar kebijakan ini berjalan efektif, pemerintah akan memastikan kesiapan produksi etanol di dalam negeri.
Bahan baku pembuatan etanol akan memanfaatkan hasil pertanian seperti singkong dan tebu, yang diharapkan juga bisa membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, terutama petani.
“Pabrik etanol harus dibangun di dalam negeri. Ini akan berbasis pada singkong dan tebu, sehingga memberi dampak ekonomi dan menyerap tenaga kerja,” ujarnya.
Bahlil menambahkan, pengembangan bahan bakar campuran etanol menjadi bagian dari upaya memperkuat ketahanan energi nasional, mengingat Indonesia masih mengimpor sekitar 27 juta ton bensin per tahun.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa program E10 akan melalui tahapan uji pasar selama dua hingga tiga tahun sebelum menjadi kebijakan wajib bagi bahan bakar non-subsidi.
“Pelaksanaannya diperkirakan sekitar 2028, dan itu dimulai untuk BBM non-PSO terlebih dahulu,” tutur Eniya di Kantor ESDM, Jakarta, Selasa (14/10).
Saat ini, PT Pertamina (Persero) telah menjalankan uji pasar untuk Pertamax Green 95, yang mengandung 5% bioetanol (E5).
Program ini akan berlanjut hingga 2026 untuk memastikan kesiapan infrastruktur serta penerimaan masyarakat terhadap bahan bakar ramah lingkungan tersebut.
“Kami berharap konsumsi E5 terus meningkat. Dari situ, kita akan punya fondasi kuat untuk beralih ke E10,” tambah Eniya.