Pintasan.co, Gresik – Gapura Naga Giri yang menjadi ikon perbatasan Gresik-Surabaya rontok. Gapura tersebut sempat dikabarkan menelan anggaran Rp 7 Miliar, tetapi hal itu dibantah oleh Pemerintah Kabupaten Gresik.
“Anggaran Rp 7 Miliar itu bukan Gapura yang rusak bagian dindingnya lepas itu. Tapi Gapura Naga Giri yang berada di dekat waduk bunder,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik, Sri Subaidah, Selasa (18/3/2025).
Subaidah menjelaskan penambahan Gapura yang menjadi perbatasan Gresik-Surabaya itu menelan biaya anggaran sebesar Rp 648 juta.
Ada penambahan ketebalan tembok sekitar 1 meter serta penambahan tinggi gapura setinggi 3 meter.
“Untuk penambahan itu, Pemkab Gresik mengeluarkan biaya Rp 648 juta. Saat itu tahun 2012,” tambahnya.
Subaidah juga membantah terkait adanya pemberitaan Gapura Naga Giri yang menelan anggaran Rp 7 Miliar yang diberitakan rusak itu salah.
Gapura yang dimaksud oleh masyarakat adalah gapura Naga Giri yang berada di dekat Waduk Bunder.
“Yang berada di Bunder itu merupakan CSR dari Petrokimia dengan anggaran Rp 7 Miliar. Dan diserahkan ke Pemkab Gresik pada tahun 2015 silam. Tapi Gapura tersebut tidak rusak,” jelasnya.
Sri mengungkapkan penyebab utama kerusakan Gapura Naga diduga karena faktor usia material batu alam.
Dan juga, karena banyaknya kendaraan besar yang sering lewat sehingga menimbulkan getaran juga menjadi faktor penunjang lainnya.
“Rontok batu alamnya karena memang usia serta getaran yang ditimbulkan dari kendaraan yang melintas,” ungkapnya.
Gapura Naga Giri sekarang dalam tahap perbaikan. Proses perbaikan sendiri akan ditargetkan selesai dalam 2 minggu ke depan. DLH Gresik akan melakukan perbaikan dengan metode yang lebih efektif agar tidak mudah mengalami kerusakan kembali.
Untuk diketahui, pada tahun 2012, adanya penambahan dimensi besi dan batu alam tempel. Penambahan ketebalan tembok sekitar 1 meter serta penambahan tinggi gapura sekitar 3 meter ini menjadikan ikon Gresik tersebut terlihat kian kokoh dan megah.
“Tim perbaikan akan melakukan pemasangan batu alam dengan material perekat yang lebih tahan lama. Selain itu, DLH juga akan melakukan pengawasan berkala untuk memastikan kondisi gapura tetap dalam keadaan baik,” pungkasnya.