Pintasan.co, Yogyakarta – Pemerintah Kota Yogyakarta akhirnya buka suara setelah pedagang Malioboro mengeluhkan menurunnya omzet selama uji coba Malioboro sebagai kawasan pedestrian pada 1–2 Desember 2025. Uji coba berlangsung lancar secara konsep, namun terhambat minimnya kantong parkir yang membuat wisatawan kesulitan mengakses kawasan wisata utama tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, mengakui bahwa hingga saat ini Malioboro memang belum memiliki lokasi parkir khusus yang memadai. Isu kurangnya fasilitas ini juga menjadi pembahasan dalam rapat antara Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo.
“Beliau (Sultan) sangat memahami bahwa kebiasaan orang ini melakukan perubahan butuh proses. Dawuh (perintah) Ngarsa Dalem untuk identifikasi dulu,” kata Arif, Kamis (4/12/2025).
Pemkot Mendorong Investasi Parkir Swasta
Menurut Arif, Pemprov DIY kini mendorong penerapan Perda Perparkiran yang memberi peluang besar untuk investasi parkir, termasuk bagi masyarakat yang memiliki lahan kosong di sekitar Malioboro. Regulasi tersebut dinilai menjadi solusi strategis dalam menyediakan fasilitas parkir yang lebih memadai tanpa bergantung sepenuhnya pada pembangunan pemerintah.
“Jadi kalau njenengan punya lahan di Jalan Sosrowijayan mau dibangun parkir, di perda kita sebenarnya sudah memberi privilege,” ujar Arif.
Ia menegaskan bahwa swasta diberi ruang lebih luas untuk membangun tempat parkir, termasuk fleksibilitas tarif hingga lima kali lipat dari tarif pemerintah.
“TKP (Tempat Khusus Parkir) swasta itu memberi keleluasaan secara perekonomian… Tarifnya bisa lima kali dari tarif parkir pemerintah,” lanjut Arif.
Selain fleksibilitas tarif, pemerintah juga mempercepat perizinan agar masyarakat dan pengusaha lebih tertarik berinvestasi di sektor parkir.
Pedagang Merugi Akibat Minim Parkir Saat Uji Coba Pedestrian
Kekecewaan pedagang Malioboro turut mewarnai evaluasi uji coba pedestrian. Penurunan jumlah pengunjung berimbas langsung pada pendapatan pedagang selama dua hari uji coba. Suparno Sito, pedagang Teras Malioboro, mengungkap penurunan omzet yang sangat signifikan.
“Pemerintah kemarin yang belum siap, yang seharusnya kan juga disediakan kantong-kantong parkir,” ujarnya. Minimnya akses parkir membuat wisatawan enggan mendatangi kawasan Malioboro. “Selama dua hari kurang lebih (penurunan omzet) 75 persen,” katanya.
Sito berharap, ketika Malioboro resmi menjadi kawasan pedestrian, pemerintah sudah menyiapkan fasilitas parkir memadai baik untuk wisatawan maupun tamu hotel agar aktivitas ekonomi pedagang tetap berjalan optimal.
