Pintasan.co, Jakarta – Amerika Serikat memutuskan untuk menarik diri dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump, dengan alasan kekecewaan terhadap kinerja WHO dalam menangani pandemi COVID-19 serta beban kontribusi finansial yang dianggap tidak proporsional dibandingkan dengan negara lain, khususnya China.

Keputusan ini menuai respons tegas dari WHO, dengan Direktur Jenderal Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyayangkan langkah tersebut, terutama di tengah kebutuhan akan kerja sama global dalam menghadapi pandemi.

WHO menegaskan komitmennya terhadap prinsip ilmiah dan solidaritas internasional dalam mengatasi tantangan kesehatan global.

Meski sempat menimbulkan kekhawatiran terkait upaya respons kesehatan global akibat keluarnya AS sebagai salah satu kontributor utama, kebijakan tersebut kemudian dibatalkan pada 2021 oleh pemerintahan Presiden Joe Biden, yang mengembalikan AS ke dalam keanggotaan WHO dan menegaskan kembali komitmen terhadap kesehatan global.

Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk keluar dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020 dapat menimbulkan berbagai dampak yang signifikan.

Banyak ahli dari AS yang terlibat dalam berbagai kolaborasi internasional dengan WHO, dan penghentian hubungan ini berpotensi memengaruhi kerjasama global dalam bidang kesehatan, tidak hanya bagi AS, tetapi juga untuk negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Hal ini dapat memperburuk ketimpangan dalam akses kesehatan dan memperlambat penanganan krisis kesehatan global yang memerlukan koordinasi bersama.

Berikut adalah dampak yang dapat terjadi akibat keputusan Amerika Serikat (AS) keluar dari keanggotaan WHO:

1. Pengurangan Pembiayaan WHO

Keputusan AS untuk keluar dari WHO akan mengurangi kontribusi finansial yang selama ini diberikan, mengingat AS merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam anggaran WHO.

Pembiayaan yang berkurang ini bisa berdampak pada program-program kesehatan global yang dijalankan WHO, terutama dalam upaya penanggulangan penyakit menular dan vaksinasi.

Negara-negara seperti Indonesia yang mendapat dukungan dari WHO dalam bentuk dana dan bantuan teknis, kemungkinan besar akan merasakan penurunan akses terhadap sumber daya ini, yang bisa mempengaruhi efektivitas program kesehatan di tingkat nasional.

2. Penurunan Koordinasi Global dalam Penanggulangan Pandemi

WHO berperan penting dalam koordinasi global dalam menghadapi pandemi, dan tanpa keikutsertaan AS, kolaborasi antarnegara dapat terhambat.

Negara-negara anggota WHO biasanya berbagi data dan informasi ilmiah terkait wabah penyakit, termasuk dalam distribusi vaksin dan pengembangan perawatan.

Baca Juga :  Trump dan Harris Bersaing Semakin Ketat Perebutkan Kursi Presiden

Tanpa AS, yang selama ini berperan besar dalam riset dan distribusi vaksin, upaya mitigasi pandemi bisa terhambat, terutama bagi negara-negara yang lebih bergantung pada bantuan global dalam penanggulangan penyakit.

3. Keterbatasan Akses ke Teknologi dan Vaksin

WHO berperan dalam memastikan akses yang lebih merata terhadap vaksin dan teknologi kesehatan, khususnya bagi negara-negara berkembang.

Keputusan AS untuk keluar dari WHO dapat memperburuk ketimpangan akses terhadap teknologi kesehatan, karena negara-negara besar seringkali memegang kendali dalam distribusi vaksin dan inovasi medis lainnya.

Hal ini berpotensi memperburuk ketidaksetaraan dalam kesehatan global, yang akan sangat dirasakan oleh negara-negara dengan sumber daya terbatas seperti Indonesia.

4. Dampak Terhadap Kerjasama Kesehatan Internasional

Tanpa AS, hubungan kerjasama internasional dalam bidang kesehatan bisa terfragmentasi. WHO selama ini berfungsi sebagai pusat koordinasi untuk inisiatif global, seperti program imunisasi dan pemberantasan penyakit menular.

Kehilangan AS sebagai mitra utama dalam organisasi ini bisa menyulitkan negara-negara untuk berkolaborasi, terutama dalam penelitian dan pengembangan solusi kesehatan yang bersifat global.

Indonesia, yang bergantung pada kolaborasi dengan negara maju, mungkin kehilangan kesempatan berharga dalam inisiatif kesehatan internasional.

5. Polarisasi Global dalam Isu Kesehatan

Keputusan AS untuk memutuskan hubungan dengan WHO juga berpotensi menyebabkan polarisasi global dalam isu kesehatan.

Negara-negara yang mendukung keputusan AS bisa membentuk aliansi tersendiri, sementara negara-negara yang tetap mendukung WHO bisa mengembangkan strategi kesehatan alternatif.

Polarisasi ini dapat mempengaruhi hubungan diplomatik Indonesia, yang memiliki posisi strategis dengan negara-negara di kedua belah pihak, dan bisa menciptakan tantangan dalam menjalin kerja sama internasional yang efektif.

6. Kehilangan Peran Katalisator dalam Kebijakan Kesehatan Global

AS memiliki pengaruh besar dalam pembentukan kebijakan kesehatan global, baik melalui WHO maupun forum internasional lainnya.

Tanpa keterlibatan AS, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, mungkin kehilangan peluang untuk terlibat dalam pembentukan kebijakan kesehatan yang berpengaruh di tingkat global.

Kehilangan peran ini bisa menyulitkan negara-negara berkembang dalam memanfaatkan kebijakan internasional yang dapat mendukung kemajuan kesehatan domestik mereka.

Secara keseluruhan, keputusan AS untuk keluar dari WHO dapat memperburuk ketimpangan dalam sistem kesehatan global, terutama bagi negara-negara seperti Indonesia yang sangat bergantung pada dukungan dan kerjasama internasional dalam menangani tantangan kesehatan.

Penulis: Umi Hanifah (Content Writer Pintasan.co)