Pintasan.co, Yogyakarta – Sabo dam di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memainkan peran penting dalam mitigasi bencana dan mengurangi jumlah korban saat terjadi bencana.

Salah satu ancaman bencana di DIY adalah letusan Gunung Merapi yang merupakan gunung berapi teraktif di Indonesia, bahkan dunia.

Kepala Balai Teknik Sabo Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Fery Moun Hepy, menjelaskan bahwa istilah sabo berasal dari bahasa Jepang, yaitu “Sa” yang berarti pasir dan “Bo” yang berarti pengendali.

Jadi, Sabo adalah struktur yang berfungsi untuk mengendalikan sedimen agar tidak berdampak pada masyarakat.

“Dulu tahun 70an itu ada kerja sama pemerintah dengan Jepang. Kemudian mendirikan Vulcanic Sabo Technical Center (VSTC) yang di Maguwo itu (Balai Teknik Sabo). Di situ expert (ahli) berkumpul dan berdiskusi mengenai bangunan sabo. Kemudian berganti menjadi Sabo Technical Center (STC) nggak cuma volcano lagi tetapi non volcano juga dikaji,” terangnya

“Kenapa di Maguwo, karena Merapi. Kita tahu Indonesia itu berada di ring of fire, jalur gunung berapi. Salah satunya di Yogyakarta, Gunung Merapi. Kejadian letusan-letusan dari abad 16 sampai yang terakhir 2010 kemarin lumayan besar. Ini banyak pemikiran, bagaimana mengurangi dampak bencana (gunung berapi) terhadap korban, baik nyawa maupun harta,” sambungnya. 

Saat erupsi, gunung akan mengeluarkan material yang perlu diantisipasi agar tidak langsung membahayakan pemukiman.

Material yang terbawa aliran sungai dapat mempengaruhi perubahan bentuk sungai, baik melalui proses penggerusan maupun penumpukan material di dalamnya.

Sungai bisa menjadi lebih dalam atau bahkan dangkal akibat akumulasi sedimen, sehingga pengendalian angkutan sedimen menjadi penting.

Secara umum, sabo dam berfungsi untuk menahan material yang dikeluarkan saat erupsi gunung berapi, agar tidak langsung mengenai pemukiman, kawasan industri, atau daerah padat penduduk.

Meskipun material tertahan, air tetap dapat mengalir menuju hilir karena sabo dam dirancang dengan lubang untuk memungkinkan aliran air.

“Bangunan sabo itu, bangunan yang menahan material, tapi membiarkan airnya mengalir dari lubang-lubang yang ada di bangunan sabo. Angkutan sedimen itu perlu dikendalikan, pada saat-saat tertentu harus dikeruk sehingga bisa mempertahankan elevasi dasar sungai. Untuk mengeruk juga ada perhitungannya. Kalau di teknis itu ada istilah in dan outnya harus seimbang,” jelasnya. 

Bangunan Sabo di kawasan Gunung Merapi

Fery menyatakan bahwa saat ini terdapat 277 bangunan sabo di Merapi. Ia menjelaskan bahwa keberadaan sabo dam di Merapi memberikan dampak besar dalam mengurangi risiko jatuhnya korban saat terjadi erupsi.

Baca Juga :  Pemerintah akan Tetapkan 27 November 2024 sebagai Hari Libur Nasional untuk Pilkada

Meskipun Balai Teknik Sabo terletak di Maguwoharjo, Sleman, layanan yang diberikan tidak hanya terbatas di DIY, melainkan mencakup seluruh Indonesia.

Teknologi sabo telah diterapkan di berbagai daerah di Indonesia, karena sifatnya yang sederhana dan sangat cocok untuk penanganan bencana gunung berapi dan bencana erupsi.

Teknologi sabo terus berkembang, seperti sabo dam modular yang bisa dipasang seperti lego, dengan cara mencetaknya di lokasi dan kemudian merakitnya.

Selain itu, ada juga ring nett yang berfungsi untuk menahan material yang terlempar saat terjadi erupsi gunung berapi.

“Ada lapisan konstruksi sabo dam yang diperkuat dengan serat baja di lapisan permukiman. Sehingga ketika ada benturan tetap aman. Lalu di hilir ada bangunan micro sabo dam modular, sangat kecil. Ini bermanfaat untuk menahan laju sedimen dari arah hulu yang akan masuk sungai. Sedimen hulu membawa material yang subur, kemudian ditahan oleh micro sabo dam modular, bisa menghampar di lahan persawahan, jadi pupuk alami,” paparnya. 

Ke depan, pihaknya akan memperbaiki layanan, mulai dari data hingga laboratorium, dengan meningkatkan kompetensi pegawai agar dapat mengikuti perkembangan teknologi terkini.

Selain itu, mereka juga akan menyempurnakan sistem peringatan dini (EWS), baik dari segi teknologi maupun pengawasannya.