Pintasan.co, Jakarta – Pada tahun 2025, Presiden Prabowo Subianto meluncurkan dua program besar di sektor pendidikan yang menarik perhatian publik: Sekolah Garuda Unggulan dan Sekolah Rakyat.
Kedua sekolah ini lahir dari semangat yang sama, yakni meningkatkan mutu pendidikan nasional, namun keduanya memiliki fokus, sasaran, serta lembaga pengelola yang berbeda.
Menariknya, kedua program ini tidak dikelola langsung oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Pemerintah menugaskan kementerian lain sesuai dengan fungsi dan orientasi masing-masing sekolah.
Sekolah Garuda Unggulan: Fokus pada Sains dan Teknologi
Sekolah Garuda Unggulan diperuntukkan bagi jenjang SMA dan berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
Tujuannya adalah mencetak siswa berprestasi yang siap melanjutkan studi ke universitas ternama, baik di dalam maupun luar negeri.
Program ini menitikberatkan pada bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Kurikulumnya merupakan kombinasi antara standar nasional dan internasional seperti International Baccalaureate (IB).
Fasilitasnya pun dibuat modern, mulai dari sistem asrama, laboratorium STEM yang lengkap, ruang belajar digital, hingga perpustakaan virtual.
Sekolah Rakyat: Pendidikan untuk Anak dari Keluarga Rentan
Berbeda dengan Sekolah Garuda, Sekolah Rakyat mencakup jenjang SD, SMP, hingga SMA dan dikelola oleh Kementerian Sosial (Kemensos).
Namun dalam penyusunan kurikulum dan penyediaan tenaga pendidik, tetap melibatkan Kemendikdasmen.
Sekolah ini menyasar anak-anak dari keluarga miskin ekstrem yang terdaftar dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
Dengan sistem boarding school, pemerintah berupaya menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif bagi siswa dari kelompok sosial rentan.
Tujuan dan Capaian Program
Sekolah Garuda Unggulan diarahkan untuk melahirkan generasi unggul yang siap bersaing secara global.
Proses seleksinya ketat dengan kuota terbatas, dan seluruh siswa mendapat beasiswa penuh berikut fasilitas asrama.
Pemerintah menargetkan pembangunan 40 Sekolah Garuda hingga tahun 2029.
Sementara itu, Sekolah Rakyat memiliki misi sosial, yaitu memutus rantai kemiskinan ekstrem melalui pendidikan.
Program ini menyediakan pendidikan gratis berkualitas bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, dengan target pendirian 200 sekolah baru di berbagai wilayah rawan kemiskinan.
Pro dan Kontra di Masyarakat
Meskipun dianggap sebagai langkah terobosan, kehadiran dua model sekolah ini juga menimbulkan polemik.
Sebagian kalangan khawatir pemisahan antara sekolah “unggulan” dan “rakyat” dapat menciptakan kesenjangan sosial di dunia pendidikan
Selain itu, muncul kekhawatiran adanya stigma sosial di mana Sekolah Garuda dicap elit, sementara Sekolah Rakyat dipandang sebagai tempat bagi kalangan kurang mampu.
Kondisi ini dinilai bisa bertentangan dengan semangat pendidikan inklusif, yang menjamin kesetaraan akses bagi seluruh warga negara tanpa diskriminasi.
Kesimpulan
Baik Sekolah Garuda Unggulan maupun Sekolah Rakyat memiliki peran strategis dalam memajukan pendidikan nasional.
Garuda Unggulan berorientasi pada pencapaian akademik kelas dunia, sementara Sekolah Rakyat menitikberatkan pada pemerataan kesempatan belajar bagi anak-anak dari keluarga miskin.
Dua visi berbeda ini menjadi simbol komitmen pemerintah dalam menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya unggul, tetapi juga berkeadilan sosial.