Pintasan.co, Jawa Tengah – Pelaku industri kini mulai melirik daerah yang lebih “ramah budget” guna menekan biaya produksi. Salah satu alasannya adalah Upah Minimum Provinsi (UMP) di kawasan industri seperti Cikarang yang dinilai sudah cukup tinggi.

Menurut Anton Sitorus, Head of Research and Consultancy CBRE, tren perpindahan industri dari wilayah barat Jabodetabek menuju Jawa Tengah semakin terlihat, terutama bagi sektor yang sangat bergantung pada tenaga kerja dalam jumlah besar.

“Memang ada beberapa juga yang pindah dari barat ke khususnya ke tengah ya. Beberapa pabrik sepatu gitu kan. Jadi yang labor intensive beberapa memang ada pindah. Karena kalau yang labor intensive itu kan dia dipengaruhi juga sama UMP. Sementara di Jawa Tengah itu masih jauh sekali, UMP-nya itu masih rendah sekali di sana.”

Selain faktor UMP yang tinggi, kawasan barat Jakarta—termasuk Cikarang dan Karawang—juga kerap menghadapi aksi demonstrasi serikat pekerja, sehingga mendorong perusahaan mencari lokasi yang lebih stabil dan efisien dari sisi biaya tenaga kerja.

Akibatnya, sejumlah perusahaan kini lebih tertarik membuka fasilitas produksi di daerah yang menawarkan upah lebih rendah, terutama di wilayah Jawa. Pergeseran ini menandai perubahan peta industri manufaktur Indonesia, dari sentralisasi di kawasan barat menuju ekspansi ke daerah dengan biaya operasi yang lebih kompetitif.

Baca Juga :  Korea Selatan Minta Pengecualian Tarif Baru AS untuk Lindungi Perusahaan Nasional