Pintasan.co, Semarang – Program kedaulatan pangan yang dijalankan oleh pondok pesantren mendapatkan respons positif dari Pemerintah Kota Semarang.

Salah satu contohnya adalah Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba’alawi di Kecamatan Gunungpati, yang saat ini tengah mempersiapkan diri untuk menjadi pusat pendidikan kejuruan di bidang pertanian di Kota Semarang.

Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin menyatakan bahwa langkah tersebut merupakan strategi penting dari pihak pesantren dalam memperkuat ketahanan pangan di wilayah Semarang.

Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap upaya Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba’alawi yang berkomitmen mengambil peran sebagai subsistem dalam sektor pertanian, sekaligus menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya menanamkan nilai-nilai agama, tetapi juga membekali santri dengan keterampilan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

“Sudah saatnya pondok pesantren tidak hanya berbicara tentang agama atau tentang hubungan interpersonal, tetapi juga harus mulai berbicara pada tataran permasalahan lingkungan, ekologi, dan ketahanan pangan,” kata Iswar dalam keterangannya.

Pernyataan tersebut disampaikan Iswar saat menghadiri acara Silaturahmi Ulama dan Umara pada Minggu (8/6).

Ia menjelaskan bahwa situasi Indonesia dan global saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan, termasuk dalam bidang lingkungan dan ketahanan pangan. Oleh karena itu, pemerintah berupaya melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mengatasi permasalahan lingkungan serta memperkuat ketahanan pangan di tingkat nasional.

“Berbicara tentang ketahanan pangan, maka kita juga berbicara perihal alam dan lingkungan. Aspek lingkungan memainkan peran sentral dalam memastikan ketersediaan pangan. Oleh karenanya, kita tidak bisa mengabaikan begitu saja pertimbangan lingkungan,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Iswar memaparkan berbagai langkah untuk mewujudkan ketahanan pangan, antara lain dengan mengedepankan diversifikasi pangan lokal yang berkelanjutan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan, guna menjaga kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Baca Juga :  Bank Tani, Solusi Alternatif Menuju Kemandirian Petani dan Implementasi Reforma Agraria yang Sesungguhnya

Ia juga menekankan pentingnya peran aktif seluruh lapisan masyarakat dan komunitas dalam membangun jaringan dukungan yang solid, guna memperluas akses terhadap pangan sekaligus merumuskan solusi untuk memperkuat ketahanan pangan.

“Karena yang kita bangun adalah sebuah sistem dari hulu ke hilir, maka perlu membuka diri dan berkolaborasi dengan banyak komunitas agar program pertanian ini berkelanjutan dan nilai manfaatnya bisa menyebar ke masyarakat yang lebih luas,” ujarnya.

Selain itu, Iswar menekankan perlunya pengembangan sistem integrasi pertanian cerdas yang menghubungkan antara pertanian, lingkungan, dan teknologi dalam mendukung ketahanan pangan. Dirinya mengakui jika selama ini sistem pengelolaan pertanian yang berjalan masih bersifat tradisional, dan berharap sistem terintegrasi pertanian modern tersebut bisa segera terwujud.

Langkah lain dalam memperkuat ketahanan pangan adalah dengan melibatkan para santri dalam program magang dan pembelajaran agribisnis langsung kepada petani lokal yang sudah berpengalaman. Menurut Iswar, kegiatan magang ini diyakini dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian, memperkuat keterampilan teknis, serta memperluas pengetahuan para calon petani di masa mendatang.

“Pemkot Semarang memiliki Urban Farming Corner milik Dinas Pertanian. Lokasi itu bisa dijadikan permodelan, tempat training untuk 400 santri Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba’alawi yang ingin belajar bertani dengan pola sistem manajemen yang lebih modern,” imbuhnya.