Pintasan.co, Jakarta – Pramono Anung, Gubernur DKI Jakarta, membagikan pengalaman spiritual di hadapan ribuan jemaah Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) saat menghadiri perayaan hari lahir ke-79 Muslimat NU di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Dia mengungkapkan bahwa ziarah ke makam, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, menjadi salah satu momen yang paling berkesan dalam perjalanan Pilkada Jakarta 2024.
Pramono menyatakan bahwa pada waktu itu, tingkat elektabilitasnya hampir tidak ada. Dia pun menemui Yenny Wahid, putri kedua Gus Dur, yang menyarankan agar ia berziarah ke makam Gus Dur di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
“Dulu saya maju sebagai calon Gubernur Jakarta, surveinya nol persen. Lalu saya datang ke Mbak Yenny (Yenny Wahid), dan beliau bilang, ‘Mas harus ke Tebuireng,” ujar Pramono Anung di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (26/7/2025).
Setelah itu, Pramono langsung berziarah ke makam Gus Dur bersama sejumlah kerabat. Setelah berdoa untuk Gus Dur, Gubernur itu mengungkapkan bahwa keyakinannya untuk maju sebagai calon gubernur semakin tumbuh. “Saya datang ke sana, begitu saya mendoakan Gus Dur, begitu keluar, saya yakin saya menang. Saya yakin saya menang,” ucapnya dilansir dari detikNews.
Pramono menyatakan bahwa momen tersebut merupakan titik balik, tidak hanya dalam aspek politik, tetapi juga dalam aspek spiritual. Bahkan, dia mengakui memiliki hubungan emosional yang dekat dengan keluarga besar Gus Dur, termasuk Yenny Wahid dan istri Gus Dur, Sinta Nuriyah.
Gubernur Jakarta itu menyatakan bahwa hanya ada tiga perempuan di dunia ini yang pernah ia cium tangannya sebagai bentuk penghormatan yang dalam. Mereka adalah ibunya, Sumarni, Sinta Nuriyah, dan Megawati Soekarnoputri, yang merupakan Ketua Umum PDIP dan Presiden ke-5 RI.
“Di dunia ini yang saya cium tangannya hanya tiga orang: Ibu Sinta Nuriyah, Ibu Megawati, dan ibu saya sendiri,” imbuh Pramono.
Pramono mengungkapkan bahwa ia selalu menghormati dan menjalin kedekatan dengan kalangan ulama, terutama dengan keluarga besar NU. Pramono juga berkomitmen untuk terus mendukung peran NU dan Muslimat NU di Jakarta, termasuk dengan berusaha memberikan hibah dan dukungan nyata lainnya.
“Kalau Muslimat NU terjaga, NU juga terjaga. Kalau NU terjaga, bangsa ini aman,” tuturnya.