Pintasan.co, Jakarta – Kops HMI Wati PB Himpunan Mahasiswa Islam ( KOHATI PB HMI) menggelar kegiatan diskusi pro & kontra koperasi desa merah putih di sekretariat PB HMI, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2025).
Kegiatan tersebut dengan mengusung tema “Apakah Ada Peran Perempuan?”.
Dengan menghadirkan narasumber hebat dalam bidangnya masing-masing yaitu Ibu Destry Anna Sari selaku Deputi Bidang Pengembangan Talenta Dan Daya Saing Koperasi, Kementrian Koperasi RI, Ibu Mega Oktaviany Dosen dan juga Peneliti ekonomi Universitas Gunadarman, dan Imayati Kalean selaku Aktivis Perempuan sekaligus sekretaris umum kohati PB HMI Periode 2021-2023.
Adapun yang turut hadir dalam kegiatan ini yakni mahasiswa dan para aktivis muda.
Dalam penyampaian materinya Destry Anna Sari mengatakan bahwa Koperasi desa merah putih bukan program tetapi Gerakan nasional. “Kalau kita bicara koperasi desa kelurahan merah putih ini bukan program kalau boleh saya sebut, ini adalah Gerakan Nasional, berarti semuanya harus bergerak gitu kan,”. ujar Destry Anna Deputi Bidang Pengembangan Talenta Dan Daya Saing Koperasi.
Sementara, Immayati Kalean mengkritisi terkait Koperasi Desa Merah Putih adalah gerakan nasional apa yang disampaikan oleh bu Destry Anna “Memaknai gerakan nasional ini bukan suatu hal yang sederhana perlu adanya kolektif kolegial, tetapi jika tidak didasari kesadaran dan pemahaman bersama ini kosong, karena bagi saya koperasi desa tidak hanya menjawab secara taktis persoalan ekonomi tingkat Desa tetapi dia harus menjawab secara bermakna, adanya perubahan mindset,” imbuh Immayati Kalean.
“Jadi harapannya gerakan nasional ini tidak hanya tagline yang unsurnya itu egosentris untuk meninggalkan legacy karena kebiasaan Indonesia ini yaitu turun menurun sampai ke Desa, dan harapannya jangan sampai koperasi desa ini adalah egosentris untuk meninggalkan legacy aja, sebab koperasi ini dari dulu sampai sekarang itu ada dari Bung Hatta. Dari Indonesia merdeka sampai hari ini Koperasi itu diharapkan menjadi pondasi ekonomi Indonesia bisa maju tapi by the time,” lanjutnya.
Tidah hanya itu, dia pun mengatakan bahwa adanya kopdes ini harus berdampak makna untuk kesejahteraan perempuan.
“Dalam konteks koperasi desa merah putih ini, seharusnya kita tidak hanya berbicara tentang perempuan ada dalam struktur kopdes, bagi saya itu sangat teknis. Ada dan tidaknya perempuan dalam struktur kopdes bagi saya itu dilihat profesional, tapi lebih pada dampak yang bermakna dari adanya kopdes merah putih untuk peningkatan kesejahteraan perempuan menjawab persoalan-persoalan perempuan yang ada di tingkatan desa,” ucapnya.
“Nah mungkin itu yang dapat dipetakan oleh KOHATI PB dan terlibat langsung dengan koperasi desa merah putih untuk menjawab persoalan-persoalan seperti stunting dan lainnya,” sambungnya.
Diakhir diskusi pun Sri Meisista Ketua Umum KOHATI PB HMI menyampaikan ucapan terima kasih kepada para nasarumber serta harapannya.
“Terima kasih kepada narasumber yang hadir dan banyak sekali yang kita dapatkan hari ini. setelah diksusi ini akan ada tindak lanjut dari Kohati PB dalam pendampingan di desa dan kelurahan yang akan dibentuk kopdes,” ucapnya.