Pintasan.co, Sleman – Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini muncul di Kabupaten Sleman berpotensi memberikan dampak besar bagi peternak sapi perah.
Pasalnya, penyakit menular akut ini diketahui dapat menurunkan produksi susu sapi secara signifikan. Selain memengaruhi pendapatan harian peternak, PMK juga meningkatkan risiko kematian pada ternak yang terinfeksi.
Plt. Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Ir. Suparmono menyatakan bahwa upaya pencegahan PMK pada sapi perah menjadi fokus utama.
Hal ini dikarenakan serangan PMK dapat berdampak pada penurunan produksi susu yang dihasilkan.
“Kalau sapi perah kena (PMK), pasti berpengaruh terhadap produksi susu. Susu turun. Padahal kalau (peternak) sapi perah mengharapkan (hasil) harian dari susu. Kalau kena PMK, produksi susu pasti turun. Karena itu kami prioritaskan untuk pencegahan di sapi perah, ini penting,” kata Suparmono.
Sejak kasus sapi terjangkit PMK pertama kali ditemukan di Kabupaten Sleman pada Februari 2024, jumlah kasus terus meningkat.
Namun, Suparmono menyatakan bahwa pihaknya belum dapat memberikan data pasti mengenai penurunan produksi susu sapi akibat penyakit tersebut.
Namun, berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, ia menyebutkan bahwa produksi harian sapi perah yang baik biasanya berkisar antara 15-20 liter per hari.
Jika sapi terinfeksi PMK, produksi susu dapat menurun drastis, bahkan hanya mencapai 2-3 liter per hari.
“Makanya reman-teman kami (kelompok ternak sapi perah) di Cangkringan, sepertinya sudah berusaha maksimal. Kemarin ada permintaan dari wilayah Kepuharjo untuk divaksin, tapi kami masih menunggu kedatangan vaksin,” kata mantan Panewu Cangkringan ini.
Suparmono menyatakan bahwa vaksinasi merupakan langkah pencegahan yang terus dilakukan.
Selain menangani ternak yang sakit, langkah pencegahan lainnya meliputi penyemprotan, pengetatan pengawasan di pasar hewan, pemberian desinfektan, serta penyampaian informasi dan edukasi kepada masyarakat dan pedagang ternak.
Vaksinasi dinilai mampu meningkatkan daya tahan tubuh ternak terhadap serangan PMK. Sejak dimulai pada 2022-2023, pihaknya telah memberikan vaksin kedua (booster) kepada 21.024 ekor ternak dari total populasi sapi di Sleman sebanyak 31.144 ekor.
Sementara pada tahun 2024, vaksinasi telah diberikan kepada 4.713 ekor sapi dari populasi sebanyak 29.261 ekor.
“Sapi yang sudah divaksin ini relatif lebih tahan (dari serangan PMK). Makanya sekarang peternak pada minta vaksin.Kesadarannya sudah tinggi bahkan di beberapa kelompok beli vaksin mandiri,” ujar Suparmono.
“Sekarang kami sudah minta vaksin ke Kemantan. Kami kalkulasi membutuhkan 100 botol (vaksin). Dalam waktu dekat vaksin datang sehingga bisa segera diaplikasikan,” imbuh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan rakyat Setda Kabupaten Sleman