Pintasan.co, Jakarta – Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) atau quick win dalam sektor kesehatan yang diprakarsai oleh Presiden Prabowo Subianto dimulai di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia.

Pada tanggal 17 Januari 2025, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan peletakan batu pertama untuk peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Reda Bolo yang terletak di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.

Peningkatan infrastruktur kesehatan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa RSUD Reda Bolo akan ditingkatkan dari tipe D menjadi tipe C, yang akan memberikan fasilitas yang lebih memadai bagi pasien.

Dengan peningkatan ini, pasien yang membutuhkan perawatan lebih kompleks tidak perlu lagi dirujuk ke rumah sakit di luar daerah, seperti di Jakarta atau Kupang.

RS ini diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan membantu masyarakat untuk mendapatkan kesembuhan.

Menurut Budi, RS Tipe C diwajibkan untuk memiliki dokter spesialis dasar, seperti spesialis penyakit dalam, bedah, kebidanan, dan anak, yang memungkinkan penanganan kasus medis yang lebih kompleks tanpa perlu merujuk pasien ke rumah sakit dengan layanan lebih tinggi.

RS Tipe C juga akan dilengkapi dengan fasilitas medis modern, seperti ruang operasi, ICU, NICU, laboratorium lengkap, dan peralatan radiologi canggih.

Tujuan dari peningkatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan diagnostik serta memperkuat pelayanan kesehatan di daerah-daerah terpencil.

Peningkatan kapasitas RSUD Reda Bolo mencakup pembangunan gedung tiga lantai dengan kapasitas 100 tempat tidur, serta fasilitas medis seperti ICVCU, ruang rawat intensif, ruang PICU, HCU, ruang operasi modern, cath lab, laboratorium lengkap, poliklinik, dan berbagai peralatan medis lainnya.

Kepala Staf Kepresidenan A.M. Putranto turut menegaskan bahwa upaya untuk meningkatkan kapasitas RSUD seperti yang dilakukan di Reda Bolo adalah langkah nyata pemerintah dalam memastikan masyarakat di wilayah terpencil dapat mengakses layanan kesehatan berkualitas.

“Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan layanan kesehatan secara merata,” ujarnya.

Selain itu, PHTC juga mencakup peningkatan kualitas dan kapasitas 66 RSUD di daerah-daerah perbatasan, kepulauan, dan daerah terpencil lainnya.

Baca Juga :  Abdul Mu'ti: Penghapusan Sistem Zonasi Masih dalam Kajian, Menunggu Keputusan Sidang Kabinet

Sebanyak 32 RSUD akan mengalami peningkatan pada tahun 2025, sementara 34 lainnya dijadwalkan pada tahun 2026.

Pembangunan RSUD Reda Bolo sendiri diperkirakan selesai pada Desember 2025.

Peningkatan SDM kesehatan

Di samping peningkatan infrastruktur, Kemenkes juga fokus pada peningkatan sumber daya manusia, seperti melalui program beasiswa dan fellowship untuk mencetak dokter spesialis lokal yang akan bertugas di daerah mereka sendiri.

Tenaga Ahli Utama PCO Chacha Annissa memberikan apresiasi kepada Kemenkes dan tenaga medis yang telah berhasil mewujudkan PHTC dalam sektor kesehatan pada awal tahun 2025.

Menurutnya, program ini sejalan dengan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menjamin hak setiap warga negara untuk mendapatkan layanan kesehatan yang baik.

Chacha juga menambahkan bahwa masyarakat di Sumba Barat Daya dan sekitarnya kini tidak perlu lagi jauh-jauh ke Kupang untuk mendapatkan perawatan medis yang lebih kompleks, seperti pengobatan kanker dan stroke.

Dengan meningkatnya status RSUD Reda Bolo menjadi RS Tipe C, rumah sakit ini akan mampu menangani kasus medis yang lebih berat tanpa perlu merujuk pasien ke rumah sakit besar di luar Sumba.

Selain RSUD Reda Bolo, Kemenkes juga akan melakukan peningkatan serupa di sejumlah RSUD lainnya di daerah seperti Bengkulu Tengah, Pesisir Barat, Tana Tidung, Kepulauan Anambas, Halmahera Timur, Pulau Taliabu, Toraja Utara, Nias Utara, dan Manggarai Timur.

Program ini akan dilanjutkan pada tahun 2026 dengan peningkatan kapasitas 34 RSUD di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Menurut data Kemenkes, banyak RSUD di wilayah target PHTC yang masih kekurangan dokter spesialis dasar, dengan kebutuhan mencapai 217 dokter.

Selain itu, masih ada kekurangan dokter spesialis untuk penanganan kanker, jantung, stroke, dan uronefro (392 dokter), serta kekurangan spesialis dalam tujuh bidang lainnya, seperti radiologi, patologi, anestesi, bedah, obgyn, anak, dan penyakit dalam, yang diperkirakan mencapai 1.270 dokter.