Pintasan.co, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi untuk bulan November 2024 pada hari Senin ini.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan bahwa inflasi Indonesia pada akhir 2024 akan tetap berada di bawah 2%.
Untuk bulan November, diperkirakan inflasi bulanan akan mencatatkan angka 0,30%.
Menurut Josua, inflasi Indonesia sepanjang 2024 diprediksi berkisar antara 1,7% hingga 2%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka inflasi 2,81% pada 2023.
Penurunan inflasi ini mencerminkan kondisi ekonomi yang lebih stabil, serta memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan, terutama jika suku bunga The Fed di AS juga menurun.
“Kami memperkirakan inflasi akan tetap di bawah dua persen pada akhir 2024, dengan proyeksi kenaikan sekitar tiga persen pada 2025,” kata Josua, pada Senin (2/12/2024).
Beberapa faktor yang mendasari proyeksi ini antara lain adalah tekanan harga energi global yang masih dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa, meskipun ada potensi penurunan permintaan global.
Namun, Josua mengingatkan bahwa risiko kenaikan inflasi bisa muncul menjelang akhir tahun, seiring dengan peningkatan permintaan musiman yang terkait dengan liburan Natal dan Tahun Baru.
Josua juga memperkirakan bahwa inflasi 2025 akan lebih tinggi seiring dengan penerapan kebijakan pemerintah, termasuk rencana cukai pada minuman berpemanis dan peningkatan tarif PPN yang tercantum dalam Nota Keuangan 2025.
Selain itu, efek basis yang rendah akibat perlambatan inflasi pada 2024 akan mempengaruhi laju inflasi di 2025.
Meskipun diperkirakan naik, inflasi pada 2025 tetap akan terkendali, dengan estimasi mencapai sekitar 3,12%, sesuai dengan target inflasi Bank Indonesia yang berkisar antara 1,5% hingga 3,5%.
Inflasi November 2024: Dipengaruhi Faktor Musiman
Untuk inflasi bulan November 2024, Josua memperkirakan inflasi bulanan akan tercatat sebesar 0,30%, lebih tinggi dari 0,08% pada bulan Oktober.
Peningkatan ini diperkirakan dipengaruhi oleh faktor musiman, seperti kenaikan permintaan menjelang liburan Natal dan Tahun Baru.
Salah satu komponen yang menyumbang kenaikan inflasi adalah harga pangan, yang mulai meningkat seiring berakhirnya musim panen.
Indeks harga bergejolak, yang mencakup komoditas pangan seperti bawang merah, daging ayam, dan minyak goreng, diperkirakan akan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,95%.
Ini adalah kenaikan signifikan dibandingkan dengan deflasi 0,11% pada bulan Oktober.
Sementara itu, indeks harga yang diatur pemerintah diprediksi akan mengalami inflasi bulanan sebesar 0,12%, berbalik arah dari deflasi 0,25% pada bulan sebelumnya, terutama karena kenaikan harga bahan bakar non-subsidi.
Inflasi Inti: Stabil dengan Tren Kenaikan Tipis
Inflasi inti, yang tidak termasuk komponen pangan dan energi, diperkirakan akan tetap stabil pada level 0,20% secara bulanan, sedikit lebih rendah dari 0,22% pada bulan Oktober 2024.
Kenaikan ini didorong oleh faktor-faktor seperti peningkatan permintaan musiman, pelemahan nilai rupiah, dan kenaikan harga emas.
Tingkat inflasi tahunan diperkirakan akan turun menjadi 1,55% (yoy) pada bulan November, sedikit lebih rendah dari 1,71% pada Oktober.
Sebaliknya, inflasi inti tahunan diperkirakan akan naik tipis menjadi 2,26% (yoy) dibandingkan dengan 2,21% pada bulan sebelumnya.
Secara keseluruhan, inflasi Indonesia pada akhir 2024 diperkirakan akan tetap terkendali di bawah 2%, meskipun ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi menjelang akhir tahun.
Untuk 2025, inflasi diprediksi akan sedikit meningkat, namun tetap dalam batas yang wajar sesuai dengan target Bank Indonesia.