Pintasan.co, Bulukumba – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperuntukkan bagi siswa di SMP Negeri 2 Bulukumba, Sulawesi Selatan, menuai sorotan usai ratusan paket makanan diduga tidak layak konsumsi.

Menu yang disajikan berupa nasi goreng merah dan nasi goreng kecap disebut mengeluarkan bau tidak sedap, sehingga tidak disentuh sama sekali oleh para siswa.

Kepala sekolah SMP Negeri 2 Bulukumba, Sahiruddin, mengungkapkan bahwa sejak makanan tiba di sekolah pada Jumat (23/5), sebanyak 712 porsi tidak tersentuh.

Ia menjelaskan bahwa nasi goreng merah sudah basi, sedangkan nasi goreng kecap masih mentah dan terasa tidak enak.

“Sejak tiba di sekolah, makanan itu dibiarkan karena baunya. Tidak ada satu pun siswa yang mau makan. Semua ditaruh di piring besar lalu ditumpuk di depan ruang guru,” ungkapnya kepada media.

Sahiruddin menilai bahwa meski program MBG memiliki tujuan mulia, pelaksanaannya justru mengecewakan.

Ia meminta agar pemerintah segera melakukan evaluasi demi menghindari kerugian bagi siswa.

“Program ini bagus, tapi sangat disayangkan pelaksanaannya tidak sesuai harapan,” tegasnya.

Paket makanan MBG tersebut diketahui disiapkan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Ujung Bulu 01.

Namun, koordinator SPPG Wahyu membantah adanya dugaan makanan basi.

Menurutnya, nasi hanya dalam kondisi agak lembek atau basah, bukan basi.

“Tidak ada laporan soal makanan basi. Nasi memang agak menggumpal, tapi tidak berbau,” ujar Wahyu.

Ia mengaku sudah mencicipi makanan yang dimaksud dan memastikan kondisinya masih layak.

Namun, kekhawatiran pihak sekolah tidak lepas dari sejumlah insiden sebelumnya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melaporkan bahwa telah terjadi 17 kasus keracunan yang berkaitan dengan makanan MBG di berbagai provinsi, dengan mayoritas kasus ditemukan di wilayah Jawa Barat.

Baca Juga :  Ibas-Puspa Serukan Masyarakat Luwu Timur untuk Menghadapi Pilkada dengan Damai

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IX DPR bahwa penyebab utama keracunan berasal dari bahan baku tidak layak dan lamanya jeda antara proses memasak, penyimpanan, hingga pengantaran makanan.

“Kedepan, bahan baku harus lebih segar dan selektif. Kita tidak boleh kompromi soal kualitas,” kata Dadan.