Pintasan.co, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka pada posisi yang lebih rendah, yaitu Rp16.543 per dolar AS pada Jumat (28/2/2025). Pelemahan ini terjadi di tengah penguatan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 89 poin atau 0,54%, sementara indeks dolar AS meningkat 0,06% menjadi 107,31. Di kawasan Asia, pergerakan mata uang menunjukkan variasi.
Won Korea Selatan mengalami penurunan 0,75%, sementara yuan China turun 0,04%. Peso Filipina melemah 0,16%, sedangkan yen Jepang dan rupee India menguat masing-masing 0,35% dan 0,01%.
Faktor penurunan nilai rupiah
Menurut pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, penurunan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh data kepercayaan konsumen AS untuk Februari yang lebih lemah dari yang diperkirakan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan konsumsi domestik, yang merupakan motor penggerak utama ekonomi AS.
Tekanan terhadap konsumsi tersebut diperparah oleh tarif yang diterapkan oleh Donald Trump, inflasi yang tinggi, dan kenaikan harga pangan.
Para pelaku pasar menilai, jika ekonomi AS melemah, Federal Reserve mungkin akan mempertimbangkan penurunan suku bunga, yang bisa memberikan dampak negatif bagi dolar AS.
Spekulasi tersebut turut mempengaruhi penurunan imbal hasil Treasury.
Sementara itu, ancaman tarif tambahan yang disampaikan Trump tidak banyak membantu penguatan dolar AS.
Trump mengonfirmasi bahwa tarif 25% terhadap Eropa akan segera diterapkan, namun dia juga menyarankan kemungkinan penundaan tenggat waktu untuk tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko hingga awal April.
Di sisi domestik, Presiden Prabowo Subianto menetapkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ambisius, yaitu 8% pada 2029.
Target tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2025.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat setiap tahunnya, dengan angka 5,3% pada 2025, lebih tinggi dari asumsi APBN 2025 yang sebesar 5,2%. Pada 2026, ekonomi ditargetkan tumbuh 6,3%, lalu 7,5% pada 2027, 7,7% pada 2028, dan mencapai 8% pada 2029.
Untuk mendukung pencapaian tersebut, kebijakan ekonomi makro yang didorong oleh kebijakan fiskal, moneter, serta reformasi struktural yang adaptif akan diterapkan.
Berkaitan dengan perdagangan hari ini, Ibrahim Assuaibi memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan ditutup lebih rendah di kisaran Rp16.440 hingga Rp16.500.