Pintasan.co, JakartaKorea Utara (Korut) dilaporkan telah mengirimkan 8.000 tentara ke Rusia untuk membantu dalam perang melawan Ukraina.

Pengiriman ini merupakan bagian dari rencana yang lebih besar, di mana total 10.000 tentara Korut diperkirakan akan terlibat dalam konflik tersebut, dengan pengiriman dilakukan secara bertahap hingga akhir tahun 2024.

Para tentara ini dilaporkan menerima gaji sebesar 2.000 dolar AS (sekitar Rp31,5 juta) per bulan.

Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) mengungkapkan bahwa pengiriman tentara ini memberikan keuntungan strategis bagi Korut.

Salah satunya adalah transfer teknologi militer dari Rusia, yang akan memperkuat kemampuan Korut dalam menghadapi ancaman keamanan dari Korea Selatan, Amerika Serikat, dan negara-negara sekutu mereka.

Selain itu, Korut juga diuntungkan dengan pasokan bahan makanan yang sangat dibutuhkan, terutama di tengah sanksi internasional dan bencana alam yang melanda negara tersebut.

Duta Besar Korea Selatan di Moskow, Wi Sung Lac, menyatakan kepada Korea Herald bahwa kerja sama ini justru memberikan keuntungan bagi Korut.

Krisis keuangan dan kelangkaan pangan di Korea Utara

Menurutnya, bantuan finansial dan pangan yang diberikan oleh Rusia sangat membantu Korut dalam mengatasi krisis keuangan dan kelangkaan pangan yang sedang dihadapi.

“Dengan mengirimkan 10.000 tentara, Korut bisa memperoleh lebih dari 200 juta dolar AS dalam setahun,” jelas Wi.

Selain tentara, saat ini ada sekitar 4.000 pekerja Korut yang bekerja di Rusia dengan rata-rata upah 800 dolar AS per bulan.

Di sektor pangan, Wi mengungkapkan bahwa Korut memproduksi sekitar 4 juta ton biji-bijian setiap tahunnya, termasuk beras dan gandum.

Namun, produksi beras negara tersebut tidak mencukupi kebutuhan penduduk, karena kurang dari sepertiga dari total panen bahan pangan utama dihasilkan dari beras. Sebagai akibatnya, Korut menghadapi kekurangan beras.

Baca Juga :  Presiden Prabowo Desak Gaza dan Ukraina Gencatan Senjata

Menurut Wi, Korut membutuhkan sekitar 1 juta ton beras tambahan untuk memenuhi kebutuhan pangan tahunan.

Jika Rusia dapat menyuplai 600.000 hingga 700.000 ton beras, ini akan mencakup lebih dari setengah dari kekurangan tersebut.

Rusia sebelumnya telah mengirimkan 50.000 hingga 100.000 ton beras ke Korut, sehingga pasokan 600.000 ton akan jauh lebih besar dari sebelumnya.

Rusia sendiri, yang tengah membutuhkan berbagai sumber daya untuk mendukung perangnya di Ukraina, tidak hanya membeli amunisi dari Korut, tetapi juga memperoleh banyak amunisi artileri.

Dengan menjual beberapa kontainer amunisi, Pyongyang berpotensi memperoleh ratusan ribu ton beras tambahan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Selain itu, NIS melaporkan bahwa Rusia juga membantu Korut dalam teknologi luar angkasa, khususnya dalam upaya Korut untuk mengirimkan satelit mata-mata ke orbit Bumi.

Kesepakatan ini juga memberikan keuntungan bagi Korut dalam konteks keamanan, karena Rusia dapat terlibat jika terjadi ketegangan di Semenanjung Korea.

“Korea Utara telah berperang untuk Rusia sebelumnya, jadi jika terjadi perang di Semenanjung Korea, Korut dapat mengandalkan bantuan Rusia,” kata NIS.

Dengan dukungan ini, baik dalam bentuk bantuan pangan maupun teknologi militer, hubungan antara Korea Utara dan Rusia semakin mempererat kemitraan strategis kedua negara di tengah situasi geopolitik yang semakin kompleks.