Pintasan.co, Jakarta – Kementerian Layanan Darurat Rusia resmi mencabut peringatan tsunami yang sempat diberlakukan di Semenanjung Kamchatka pada Minggu (3/8/2025), menyusul gempa berkekuatan magnitudo 7,0 yang mengguncang wilayah Kepulauan Kuril.

Sebelumnya, peringatan dikeluarkan karena potensi gelombang tinggi pascagempa.

Namun, melalui pernyataan di kanal Telegram, kementerian menegaskan bahwa gelombang laut diperkirakan rendah, meski masyarakat sempat diminta menjauh dari garis pantai sebagai langkah pencegahan.

Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) juga melaporkan kekuatan gempa sebesar M 7, sementara beberapa lembaga lain sebelumnya mencatatkan magnitudo 6,7. Sistem Peringatan Tsunami Pasifik menyatakan tidak ada potensi tsunami akibat gempa tersebut.

Menariknya, sebelum gempa mengguncang, Gunung Krasheninnikov di Kamchatka mengalami erupsi setelah lebih dari enam abad tidak aktif.

Letusan tersebut menjadi yang pertama kali tercatat secara historis sejak tahun 1463, menurut Olga Girina, kepala Tim Respon Letusan Gunung Api Kamchatka.

Girina menyampaikan melalui kanal Telegram Institut Vulkanologi dan Seismologi bahwa selama 600 tahun terakhir, tidak pernah tercatat adanya aktivitas letusan dari gunung tersebut, selain efusi lava sekitar 40 tahun silam.

Letusan Krasheninnikov ini disinyalir berkaitan dengan aktivitas seismik besar yang melanda Timur Jauh Rusia dalam beberapa hari terakhir.

Sebelumnya, gempa besar di kawasan tersebut sempat memicu peringatan tsunami hingga wilayah Polinesia Prancis dan Chili, disusul dengan letusan Gunung Klyuchevskoy, gunung berapi paling aktif di Kamchatka.

Pihak Kementerian Layanan Darurat Cabang Kamchatka melaporkan bahwa kolom abu letusan Krasheninnikov mencapai ketinggian 6.000 meter dan mengarah ke timur menuju Samudra Pasifik.

Tidak ada pemukiman penduduk yang berada di jalur sebaran abu tersebut. Gunung Krasheninnikov sendiri memiliki ketinggian 1.856 meter.

Sebagai langkah mitigasi, otoritas penerbangan telah menetapkan kode oranye untuk aktivitas gunung tersebut, sebuah peringatan atas potensi gangguan terhadap keselamatan penerbangan akibat abu vulkanik di atmosfer.

Baca Juga :  Menlu Rusia Sergey Lavrov Tolak Usulan Moratorium Serangan Fasilitas Energi AS di Riyadh