Pintasan.co, Jakarta – Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengungkapkan perhatian terhadap fenomena kemunduran demokrasi yang sedang terjadi secara global.

Meskipun ada tren negatif tersebut, SBY tetap optimistis bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mampu menjaga komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi.

Dalam acara bedah buku “Standing Firm for Indonesia’s Democracy” di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Jepang, pada 7 Maret, SBY menyatakan bahwa banyak negara saat ini mengalami kemunduran dalam aspek demokrasi.

Ia juga menyoroti bahwa negara-negara besar yang sering mengklaim sebagai “juara demokrasi” tidak terhindar dari fenomena tersebut.

“Negara-negara besar yang sering mengkritik kita, ternyata juga menghadapi kemunduran dalam demokrasi mereka,” ujar SBY.

SBY menekankan pentingnya menjaga demokrasi Indonesia dengan melawan segala bentuk ancaman terhadap prinsip-prinsip dasar negara, seperti konstitusi dan sistem checks and balances.

Ia mengajak semua pihak untuk menjaga dan memperjuangkan demokrasi di Indonesia.

Sebagai mantan presiden, SBY menyatakan kewajibannya untuk mendukung pemerintahan yang ada, termasuk Presiden Prabowo Subianto.

Ia menambahkan bahwa peran mantan pemimpin adalah menjadi bagian dari solusi dan kemajuan negara.

SBY juga mengungkapkan bahwa dirinya selalu berkomunikasi dengan Presiden Prabowo mengenai berbagai tantangan yang dihadapi negara saat ini.

Ia menyarankan agar komunikasi dengan pihak-pihak yang mengkritik kebijakan pemerintah diperbaiki.

“Kami terus meningkatkan kualitas komunikasi,” ujar Prabowo dalam menanggapi saran tersebut.

Optimisme SBY terhadap masa depan Indonesia tetap tinggi, dan ia meyakini bahwa pemerintah Prabowo memiliki sumber daya politik dan ekonomi yang cukup untuk mengatasi tantangan yang ada.

Dalam kesempatan tersebut, SBY juga berbagi pengalaman pribadi saat masih muda sebagai prajurit TNI, yang sangat menghargai kebebasan berpendapat.

Baca Juga :  Renovasi 17 Stadion Berstandar FIFA, Biaya Total Rp 1,7 T untuk Meningkatkan Infrastruktur Olahraga

Ia menjelaskan bahwa selama ini ia percaya bahwa kebebasan berbicara adalah hak yang harus dihormati, asalkan digunakan dengan tepat.

Wahyu Prasetiawan, salah satu editor buku “Standing Firm for Indonesia’s Democracy”, menjelaskan bahwa judul buku tersebut dipilih karena SBY dikenal sangat konsisten dalam menjaga demokrasi Indonesia, meski memiliki kekuasaan yang besar selama masa kepresidenannya.

“Pak SBY bisa saja melakukan sebaliknya, namun itu tidak dilakukannya,” kata Wahyu.

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Ahmadi, menyoroti relevansi tema buku ini.

Ia mengingatkan bahwa SBY adalah presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia, dan pada masa itu, konsolidasi demokrasi sangat penting bagi Indonesia.