Pintasan.co, Gunungkidul – Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul tengah intensif melaksanakan program Active Case Finding Tuberkulosis (ACF TB).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gunungkidul, Sidig Hery Sukoco, menyebutkan bahwa ACF TB ini dilaksanakan di 30 Puskesmas mulai 22 April – 12 Juni 2025.

Dalam pelaksanaan program ini, sebanyak 3.000 orang menjadi target skrining dengan kriteria sebagai kontak erat penderita TBC yang sudah terdeteksi di lingkungan rumah tangga.

“Kegiatan ACF ini bertujuan untuk meningkatkan deteksi kasus TBC, mengurangi penyebaran penyakit, meningkatkan kualitas pengobatan dan pelayanan kesehatan serta mengurangi angka kematian akibat Tuberkulosis (TBC),” ujarnya saat dikonfirmasi pada Minggu (4/5/2025).

Dia menerangkan metode skrining TBC dengan ACF menjadi lebih efektif karena dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan output yang besar. 

Program ACF tahun 2024 dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa upaya penemuan kasus secara aktif memberikan kontribusi signifikan dalam mendeteksi suspek TBC serta kasus TBC itu sendiri.

Pada tahun tersebut, ACF TB telah dilaksanakan dalam 3 tahap dengan total target 5.300 orang.

“Maka dari itu,  ACF diharapkan lewat  Puskesmas mampu menjaring suspek seluas-luasnya dan tepat sasaran sehingga kasus Tuberkulosis dapat dideteksi lebih dini,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Gunungkidul Ismono menambahkan kegiatan ACF kali ini merupakan salah satu agenda untuk mendukung Quick Wins 100 Hari Kinerja Bupati Gunungkidul dengan tagline “Gunungkidul Sehat, Wargane Kuat, Masa Depan Hebat”. 

“Dalam pelaksanaanya, kami berkolaborasi dengan beberapa pihak yaitu Zero TB Yogyakarta sebagai implementer kegiatan ACF dan juga Sinergi Sehat Indonesia,” tuturnya.

Ismono berharap kegiatan ini dapat membantu mengidentifikasi lebih banyak kasus TBC di wilayahnya. Ia meyakini masih ada banyak kasus TBC yang belum terdeteksi karena sebagian masyarakat menganggap TBC sebagai penyakit yang memalukan, sementara sebagian lainnya menganggap gejala seperti batuk sebagai hal yang biasa, sehingga enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

“Ke depan, kami imbau masyarakat tidak ada lagi anggapan seperti ini. Jika, memiliki keluhan atau memiliki riwayat kontak erat dengan penyintas TBC untuk segera melakukan pemeriksaan,” tandasnya

Baca Juga :  Kronologi 13 Pelajar SMP yang Terseret Ombak di Pantai Drini Gunungkidul, 9 Diantaranya Selamat