Pintasan.co, Solo – Bandara Udara Adisumarmo terletak sekitar 14 kilometer barat laut dari Kota Surakarta (Solo), tepatnya di Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia.

Selain berfungsi sebagai pangkalan udara, bandara ini juga melayani penerbangan komersial sipil berjadwal ke berbagai kota di Indonesia.

Namun, dengan diberlakukannya Permenhub KM 31/2024, status Bandar Udara Adi Soemarmo kini turun menjadi bandar udara domestik.

Bandara ini awalnya dikenal sebagai Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, sesuai dengan lokasinya di kawasan Panasan. Bandara ini pertama kali dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1940 sebagai lapangan terbang darurat.

Saat tentara Jepang menduduki Indonesia, bandara ini sempat dihancurkan oleh Belanda, tetapi dibangun kembali oleh Jepang pada tahun 1942 sebagai pangkalan militer angkatan laut (Kaigun Bokusha).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pengelolaan bandara dilakukan oleh “Penerbangan Surakarta,” yang diresmikan pada 6 Februari 1946. Pada 1 Mei 1946, nama bandara ini berubah menjadi “Pangkalan Udara Panasan” dan difungsikan khusus untuk penerbangan militer.

Penerbangan komersial di pangkalan ini pertama kali dimulai secara resmi pada 23 April 1974 oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Kemayoran-Solo dan Solo-Jakarta-Kemayoran, dengan frekuensi tiga kali seminggu.

Pada 25 Juli 1977, nama bandara diubah menjadi “Pangkalan Udara Utama Adi Soemarmo,” untuk menghormati Adi Soemarmo Wirjokusumo, adik dari Agustinus Adisutjipto.

Bandara ini ditetapkan sebagai bandara internasional pada 31 Maret 1989, melayani rute penerbangan internasional Solo-Kuala Lumpur dan Solo-Singapura.

Kemudian, pada 1 Januari 1992, pengelolaan bandara dialihkan ke Perusahaan Umum Angkasa Pura I, yang berubah menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I pada 1 Januari 1993 dan terus berlanjut hingga kini.

Baca Juga :  Puan Maharani: Selamat Atas Peluncuran Danantara