Pintasan.co, Jakarta – Di era yang serba cepat dan penuh tuntutan ini, kesehatan mental menjadi isu yang semakin krusial. Stres, kecemasan, dan depresi seolah menjadi teman setia bagi banyak orang.
Dalam kondisi seperti ini, konsep self healing hadir sebagai oase di tengah gurun masalah. Praktik-praktik penyembuhan diri ini bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak untuk menjaga keseimbangan jiwa.
Istilah self healing belakangan ini cukup populer, namun tidak semua orang memahami maknanya secara mendalam. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan self healing?
Self-healing dapat dipahami sebagai sebuah proses yang memiliki berbagai makna. Pada dasarnya, self-healing mengacu pada kemampuan seseorang untuk pulih, baik secara fisik maupun emosional, setelah mengalami peristiwa yang menyakitkan.
Dalam konteks emosional, proses ini melibatkan pemulihan dari luka batin yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang jika dibiarkan terlalu lama, seperti stres, depresi, dan gangguan kecemasan.
Luka batin yang tidak ditangani dengan baik bahkan bisa berujung pada tindakan yang lebih merugikan, seperti melukai diri sendiri atau bunuh diri.
Walaupun bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater sangat penting, proses self-healing tetap menjadi bagian integral dari pemulihan diri.
Buku Self Healing Is Knowing Your Own Self menekankan bahwa penyembuhan diri berfokus pada pelepasan emosi yang terpendam, seperti rasa marah, kecewa, atau penyesalan yang mengganggu pikiran.
Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menerapkan proses ini, bergantung pada pendekatan penyembuhan yang dianggap paling cocok bagi dirinya.
Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mungkin perlu melakukan self-healing. Beberapa di antaranya termasuk kesulitan tidur di malam hari, meningkatnya sensitivitas emosional seperti mudah menangis, mengeluh, atau merasa tersinggung.
Selain itu, sering munculnya pikiran negatif, rasa putus asa, dan pesimisme, juga bisa menjadi indikasi. Seseorang yang sulit memaafkan atau mempercayai orang lain, merasa tidak peduli terhadap lingkungan sekitar, serta mengalami kesulitan dalam fokus dan konsentrasi, juga sebaiknya mempertimbangkan untuk menjalani proses penyembuhan diri.
Metode Pemulihan Batin
Self-healing tidak selalu melibatkan perjalanan atau liburan, karena banyak cara lain yang dapat membantu pemulihan batin.
Beberapa metode yang efektif antara lain relaksasi dengan teknik pernapasan untuk menenangkan emosi, melakukan refleksi diri untuk memahami perasaan dan menerima kenyataan, serta meditasi untuk meredakan stres.
Selain itu, meluangkan waktu untuk diri sendiri, atau ‘me time’, juga penting untuk fokus pada kebahagiaan pribadi melalui aktivitas seperti membaca, berkebun, atau berolahraga.
Self-healing mencakup berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki diri. Salah satunya adalah forgiveness, yaitu berdamai dengan diri sendiri dan orang lain dengan melepaskan emosi negatif dan menggantinya dengan pikiran positif, sehingga dapat meningkatkan empati dan kebaikan.
Selain itu, gratitude atau rasa syukur juga menjadi bentuk self healing yang membantu mengubah pikiran negatif menjadi positif, dengan cara mengekspresikan terima kasih atas segala kebaikan yang diterima.
Self-compassion, yang berarti menerima kekurangan diri dan bersikap baik pada diri sendiri, juga dapat meningkatkan empati dan sikap positif.
Metode lain yang penting adalah mindfulness, yang melibatkan kesadaran penuh terhadap situasi sekitar untuk mengurangi stres dan meningkatkan pemahaman diri.
Terakhir, positive self-talk atau berbicara positif pada diri sendiri juga dapat meningkatkan kepercayaan diri, semangat, dan membantu mencapai tujuan.
Proses penyembuhan luka memang memerlukan waktu yang bervariasi bagi setiap individu. Namun, dengan niat yang kuat dan kesabaran, luka tersebut pada akhirnya akan sembuh. Self-healing, meskipun bermanfaat, tidak dapat menggantikan perawatan medis, tetapi dapat membantu meningkatkan kemampuan tubuh dan pikiran untuk menyembuhkan diri. Jika berbagai metode self-healing sudah dicoba namun luka batin tetap terasa, penting untuk tidak ragu mencari bantuan dari seorang psikolog untuk mendapatkan dukungan lebih lanjut.
Penulis: Umi Hanifah (Content Writer Pintasan.co)