Pintasan.co, Jakarta – Sedikitnya 21 orang dilaporkan tewas dan 47 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan drone yang dilancarkan oleh pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF), yang menargetkan sebuah penjara di El-Obeid, ibu kota negara bagian Kordofan Utara, Sudan selatan.
Sudan Doctors Network menyatakan pada Sabtu, seperti dikutip Anadolu pada Minggu 11 Mei 2025, bahwa serangan terhadap fasilitas sipil ini merupakan peningkatan signifikan dalam eskalasi konflik yang terjadi di wilayah tersebut. Penjara yang diserang dilaporkan menampung hampir 5.000 tahanan.
Menteri Informasi Sudan, Khalid Al-Aiser, menyebut insiden ini sebagai kejahatan perang dan menambah daftar panjang pelanggaran yang dilakukan RSF dan pendukungnya terhadap warga sipil Sudan.
Di saat yang sama, wilayah Port Sudan, yang saat ini menjadi ibu kota administratif sementara, juga mengalami serangan drone selama tujuh hari berturut-turut.
Serangan terbaru terjadi pada Sabtu pagi, dan menurut kesaksian warga, disambut tembakan dari sistem pertahanan udara.
Serangan pada hari Sabtu ini merupakan lanjutan dari serangan serupa pada Jumat, menandai sepekan berturut-turut Port Sudan diserang oleh drone yang menargetkan area sipil dan militer, termasuk depot bahan bakar dan pembangkit listrik, yang mengakibatkan kebakaran besar.
Pemerintah Sudan sebelumnya telah menuding RSF sebagai dalang di balik serangan drone yang menyasar pelabuhan selatan, Bandara Port Sudan, serta fasilitas listrik. Namun hingga kini, RSF belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut.
Sejak April 2023, konflik bersenjata antara RSF dan militer Sudan telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan besar-besaran.
PBB dan otoritas lokal menyebutkan lebih dari 20.000 orang tewas dan 15 juta lainnya mengungsi. Namun, analisis dari peneliti Amerika Serikat memperkirakan jumlah korban jiwa bisa mencapai sekitar 130.000 orang.