Pintasan.co, Jakarta – Kelompok Houthi di Yaman pada Jumat (9/5) mengklaim telah menembakkan rudal balistik hipersonik ke arah Bandara Ben Gurion, Israel.

Pernyataan ini muncul beberapa jam setelah militer Israel melaporkan keberhasilan mereka dalam mencegat sebuah proyektil yang diluncurkan dari wilayah Yaman.

Selain rudal, Houthi juga mengumumkan telah meluncurkan serangan drone secara serentak terhadap fasilitas militer di Tel Aviv.

Pengumuman tersebut disampaikan melalui siaran televisi al-Masirah milik kelompok itu, di tengah meningkatnya ketegangan lintas negara.

Juru bicara militer Houthi, Yahya Sarea, mengklaim bahwa sistem pertahanan Israel gagal mencegat rudal tersebut.

Ia menyebut serangan itu mengganggu operasional Bandara Ben Gurion selama lebih dari satu jam dan memaksa jutaan warga mengungsi ke tempat perlindungan. Namun, klaim tersebut belum bisa diverifikasi secara independen.

Sarea juga menegaskan bahwa serangan ini merupakan bagian dari upaya Houthi untuk memaksakan blokade udara terhadap Israel, sebagai bentuk balasan atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Gaza.

Ia mengimbau maskapai internasional untuk menghentikan penerbangan ke Israel dan memperingatkan bahwa kapal-kapal yang terhubung dengan Israel masih dalam jangkauan serangan di Laut Merah dan Laut Arab.

Militer Israel mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udara mereka telah mengintersepsi sebuah proyektil di wilayah tengah negara itu.

Sirene peringatan terdengar di seluruh Tel Aviv dan menyebabkan warga panik dan mencari perlindungan. Seorang wanita mengalami cedera ringan saat melarikan diri.

Sumber keamanan yang dikutip The Times of Israel menyebut bahwa proyektil tersebut dijatuhkan oleh sistem pertahanan Arrow milik Israel.

Namun, sistem THAAD buatan Amerika yang turut dikerahkan dilaporkan gagal mengenai targetnya—menjadi kegagalan kedua sejak Minggu (4/5).

Baca Juga :  Jepang Catat Defisit Transaksi Berjalan Pertama dalam Dua Tahun pada Januari

Sebelumnya, pada 4 Mei, serangan rudal Houthi serupa juga sempat menghantam area dekat Bandara Ben Gurion akibat malfungsi sistem pertahanan, yang memicu serangan balasan Israel terhadap posisi Houthi di Yaman.

Sejak Israel kembali melancarkan operasi militer di Gaza pada 18 Maret, kelompok Houthi telah menembakkan sekitar 28 rudal balistik dan sejumlah drone ke wilayah Israel, menurut laporan media Israel.

Eskalasi terbaru ini terjadi tak lama setelah kesepakatan gencatan senjata antara Amerika Serikat dan Houthi yang dimediasi oleh Oman diumumkan pada Selasa (6/5).

Namun, kesepakatan itu tidak mencakup target-target Israel maupun pelayaran yang terkait dengan negara tersebut.

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan bahwa Houthi masih meluncurkan rudal buatan Iran ke Israel, dan bahwa Israel akan memberikan respons tegas, baik di Yaman maupun di tempat lain jika diperlukan.

Kelompok Houthi, yang menguasai wilayah utara Yaman termasuk ibu kota Sanaa, menyatakan bahwa gencatan senjata dengan AS telah mengurangi tekanan militer dari Washington, tetapi mereka tetap melanjutkan kampanye militer terhadap Israel.

Pejabat senior Houthi, Nasr al-Din Amir, mengatakan bahwa Israel kini menjadi target langsung dari serangan mereka.

Hingga kini, belum ada laporan mengenai serangan udara AS terhadap posisi Houthi sejak kesepakatan gencatan senjata diberlakukan.

Sementara itu, dengan jarak lebih dari 2.000 kilometer dari Yaman, Israel menghadapi keterbatasan untuk menyerang langsung dan masih bergantung pada dukungan Amerika Serikat.