Pintasan.co, Jakarta – Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, mengungkapkan bahwa pemerintah akan terus proaktif dalam menangani dampak dari ketegangan perdagangan global, termasuk melalui dialog dan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS).

Ia optimis Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% meskipun di tengah ketidakpastian global.

“Pemerintah AS telah memutuskan untuk menunda penerapan tarif resiprokal selama 90 hari untuk negara-negara yang tidak melakukan tindakan pembalasan. Namun, tarif dasar sebesar 10% akan tetap diberlakukan untuk negara-negara tersebut. Sementara itu, ekonomi Tiongkok masih menunjukkan pertumbuhan yang baik pada triwulan I 2025, meski diprediksi akan terimbas oleh ketegangan dalam perdagangan global,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan pada Kamis (24/4/2025).

Sri Mulyani menambahkan bahwa Indonesia akan terus melanjutkan mitigasi terhadap dampak tersebut, termasuk melalui jalur komunikasi dan negosiasi dengan AS, serta mengikuti arahan Presiden Prabowo untuk melanjutkan deregulasi dan menghapus hambatan nontarif antar kementerian dan lembaga (K/L).

Pemerintah juga akan memperkuat permintaan domestik dengan kebijakan fiskal dan moneter yang sejalan untuk menjaga stabilitas pasar.

Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia akan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi meskipun tantangan dari ketidakpastian global meningkat.

“Perekonomian Indonesia diperkirakan akan dapat mengatasi dampak negatif ketidakpastian global, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan terus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” tambahnya.

Meskipun tantangan global meningkat, Sri Mulyani memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2025 tetap akan positif.

Hal ini didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap stabil, terutama berkat belanja pemerintah yang berupa tunjangan hari raya (THR), belanja sosial, dan insentif lainnya menjelang Idul Fitri 1445 Hijriah.

Menurutnya, proyek-proyek strategis nasional (PSN) dan perkembangan konstruksi properti swasta akan mendongkrak kinerja investasi di Indonesia.

Baca Juga :  Perekonomian Nasional Indonesia Berada di Posisi Stabil

Selain itu, sektor manufaktur Indonesia juga masih menunjukkan ekspansi yang positif.

“Investasi non-bangunan, seperti impor barang modal dan alat-alat berat, juga turut mendukung pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Sementara itu, ekspor Indonesia diperkirakan tetap stabil, terutama pada produk nonmigas seperti CPO, besi dan baja, serta mesin dan peralatan elektrik.

Pemerintah juga aktif menjajaki pasar baru untuk ekspor, dengan fokus pada kawasan ASEAN, BRICS, dan Eropa, guna memperluas peluang pasar.

Dengan berbagai faktor yang mendukung, Sri Mulyani optimis bahwa ekonomi Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai pertumbuhan sekitar 5%.