Pintasan.co, Sleman – Latar belakang pembangunan Stadion Maguwoharjo tak bisa dilepaskan dari kebutuhan PSS Sleman akan fasilitas sepak bola yang memadai.
Sebelum stadion ini berdiri, klub berjuluk Super Elja (Elang Jawa) tersebut bermarkas di Stadion Tridadi. Namun, seiring waktu, Stadion Tridadi dianggap sudah tidak lagi layak untuk digunakan sebagai kandang PSS.
Gagasan pembangunan Stadion Maguwoharjo mulai muncul pada akhir 1999. Inisiatif ini datang dari Drs. Ibnu Subianto yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PSS sekaligus Bupati Sleman.
Ia berjanji akan membangun stadion berstandar internasional untuk PSS jika klub tersebut berhasil promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia, kasta tertinggi kompetisi sepak bola nasional saat itu.
Setelah PSS berhasil naik ke Divisi Utama pada tahun 2001, rencana pembangunan stadion mulai digarap. Namun, karena beberapa kendala, pembangunan baru bisa dimulai pada tahun 2005 dan memakan waktu sekitar satu tahun.
Stadion Maguwoharjo mengalami beberapa kali renovasi, salah satunya pada tahun 2007 akibat kerusakan yang ditimbulkan gempa bumi Yogyakarta tahun 2006.
Stadion ini kerap dijuluki sebagai mini San Siro karena desain arsitekturnya yang menyerupai Stadion San Siro di Milan, Italia.
Salah satu kesamaan mencolok antara keduanya adalah keberadaan menara di keempat sudut stadion. Secara tata letak, struktur Stadion Maguwoharjo juga mirip dengan San Siro.
Stadion Maguwoharjo mampu menampung sekitar 40 ribu penonton. Berbagai fasilitas yang dimiliki stadion ini tergolong lengkap dan memenuhi standar internasional.