Pintasan.co, Yogyakarta – Stasiun Lempuyangan adalah salah satu stasiun kereta api tertua di Yogyakarta, berlokasi di Jl. Lempuyangan No. 1, Kelurahan Bausasran, Kecamatan Danurejan, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Awalnya, stasiun ini hanya melayani rute Yogyakarta – Vorsentalnden, namun kini telah berkembang hingga melayani perjalanan antar kota seperti Jakarta-Surabaya.

Dulunya dikenal sebagai Stasiun Djokdja, Lempuyangan diresmikan pada 2 Maret 1872 oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), perusahaan milik pemerintah kolonial Belanda yang bergerak di bidang transportasi kereta api.

Stasiun ini menjadi yang pertama dibangun di Yogyakarta, kemudian diikuti oleh pembangunan Stasiun Tugu oleh Staats Spoorwegen (SS).

Setelah hadirnya Lempuyangan dan Tugu, stasiun-stasiun kecil lainnya mulai dibangun di Yogyakarta, seperti Stasiun Ngabean, Dongkelan, Winongo, Tjepit, Palbapang, dan Bantul.

Pertumbuhan stasiun-stasiun kecil ini berkaitan erat dengan perkembangan industri gula di daerah tersebut.

Saat ini, Stasiun Lempuyangan dikelola oleh DAOP VI Yogyakarta. Pada masa Hindia-Belanda, stasiun ini berperan sebagai pusat distribusi barang dari pabrik-pabrik di Yogyakarta, terutama untuk mengangkut komoditas ke pelabuhan di Semarang. Fungsinya kemudian berkembang menjadi layanan angkutan penumpang pada awal 1900-an.

Secara arsitektural, bangunan stasiun ini terdiri dari berbagai ruang seperti operasional, administrasi, hall utama, loket, peron, serta area emplasemen jalur kereta.

Stasiun Lempuyangan mengadopsi gaya arsitektur Indis, yaitu arsitektur kolonial dengan tambahan kanopi atau tritisan untuk melindungi dari panas matahari dan hujan.

Seiring berjalannya waktu, stasiun ini mengalami beberapa renovasi, termasuk penggantian lantai dengan keramik dan penambahan fasilitas penunjang. Peningkatan fasilitas ini dilakukan untuk mengakomodasi lonjakan aktivitas dan pengunjung di stasiun.

Baca Juga :  Sejarah Singkat Bandara Adi Soemarmo Solo