Pintasan.co, Yogyakarta – Ketersediaan beras premium di Kota Yogyakarta tercatat menurun. Kondisi tersebut berimbas pada penurunan omzet distributor dan pedagang.

Indikasi kelangkaan beras premium terungkap saat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Yogyakarta melakukan inspeksi mendadak di sejumlah lokasi, Kamis (28/8/2025).

Pemilik Gudang CV Sinar Mutiara Jogja, Deddy Kusuma, mengungkapkan bahwa situasi kali ini menjadi yang paling berat dalam lima tahun terakhir, sejak 2020.

Bagaimana tidak, stok di gudangnya yang dalam kondisi normal bisa mencapai minimal 100 ton, saat ini hanya berada di kisaran 20 ton saja.

“Penjualan jadi tidak bisa maksimal. Omzet menurun, itu pasti. Yang kita khawatirkan sekarang, nanti terjadi kelangkaan beras, untuk premium,” katanya.

Ia menyebut, pasokan beras premium mengalami kemerosotan karena banyak pabrik yang tidak berani memproduksi, seiring harga bahan baku yang cenderung masih tinggi.

Meski pemerintah sudah mematok banderol gabah dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp6.500 per kilogram, situasi di lapangan relatif belum terkondisi.

“Mudah-mudahan tidak terjadi (kelangkaan). Karena untuk pengusaha-pengusaha restoran, hotel, katering, mereka masih bergantung pada beras premium,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga memasok beras premium yang dibanderol Rp14.900 per kilogram, untuk kios atau pedagang, konsumen secara langsung, hingga program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Akibat penurunan pasokan beras premium yang berlangsung lama hingga berpotensi menimbulkan kelangkaan, omzet yang diperoleh pun semakin tertekan.

“Paling banyak kita memasok pedagang-pedagang kios beras. Tapi, sekarang kita hanya sedia (kemasan) 25 kilogram saja, yang 5 kilogram enggak masuk, karena di atas HET,” ucapnya.

“Untuk penjualan, kalau situasi normal, sebelum kondisinya seperti ini, kita satu hari bisa 10 ton. Sekarang, paling hanya 2 sampai 4 ton,” tambah Deddy.

Baca Juga :  Harga Beras di DIY Menyesuaikan Dengan HET Terbaru