Pintasan.co, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, meminta Kepala SKK Migas yang baru dilantik, Djoko Siswanto, untuk meningkatkan angka lifting minyak guna mendukung target produksi minyak nasional. 

Saat ini, menurut Bahlil, angka lifting atau produksi minyak nasional hanya sekitar 600 ribu barel per hari, sebuah angka yang dinilai masih bisa ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan impor minyak.

“Saya merasa penting untuk menyampaikan tegas-tegas pada malam hari ini untuk urusan lifting. Lifting kita sekarang hanya 600 ribu barel per day. Dan sebenarnya bisa kita tingkatkan,” ujarnya saat pelantikan Djoko di Jakarta, Kamis malam.

Bahlil juga mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 301 sumur minyak yang telah dieksplorasi, dengan 195 di antaranya berada di bawah kendali Pertamina. 

Dia meminta Djoko untuk segera menuntaskan pengoptimalan sumur-sumur tersebut, yang menurut Bahlil merupakan salah satu tugas utama SKK Migas saat ini.

Selain peningkatan lifting minyak, Bahlil meminta Kepala SKK Migas untuk mengurangi aturan yang menghambat dan memperkuat koordinasi di sektor migas. 

Upaya ini diyakini akan membantu mendorong peningkatan lifting yang diharapkan.

Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga mengingatkan jajarannya untuk fokus pada visi-misi Presiden tanpa membawa agenda pribadi atau kelompok tertentu. 

“Jadi tidak ada visi-misi menteri, yang ada itu visi-misi Presiden. Saya pembantu Presiden, Bapak juga adalah bagian dari pembantu menteri. Jadi, jangan kita melakukan program di luar apa yang Presiden telah canangkan,” tegasnya.

Bahlil optimis peningkatan lifting minyak akan memberikan dampak positif terhadap pendapatan negara, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor minyak yang saat ini cukup tinggi. 

Sebagai perbandingan, pada tahun 1996-1997, Indonesia mampu memproduksi lebih dari satu juta barel minyak per hari dan bahkan mengekspor sekitar 1 juta barel. 

Baca Juga :  Prabowo Subianto Bentuk Satgas Hilirisasi, Bahlil Lahadalia Ditunjuk Jadi Ketua

Namun, pasca-reformasi, produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan signifikan.

Saat ini, dengan produksi minyak nasional yang hanya mencapai 600 ribu barel per hari sementara kebutuhan konsumsi mencapai sekitar 1 juta barel, Indonesia terpaksa mengimpor sekitar 900 ribu hingga 1 juta barel minyak setiap harinya.

Lebih lanjut, Bahlil menegaskan bahwa pemerintah seharusnya menjadi pihak yang mengatur, bukan diatur oleh pengusaha, sambil tetap menjaga prinsip keadilan. 

“Jangan bapak diatur sama pengusaha, yang mengatur pengusaha adalah Pemerintah. Tapi Pemerintah nggak boleh zalim sama pengusaha. Nggak boleh, kita harus ada di tengah,” tegas Bahlil.

Sebagai tambahan informasi, menurut data Kementerian ESDM, dari 44.900 sumur minyak di Indonesia, sekitar 16.600 di antaranya berada dalam kondisi idle, dan sekitar 5.000 sumur idle ini memiliki potensi untuk diaktifkan kembali guna mendukung peningkatan produksi minyak nasional.