Pintasan.co, Bogor – Debat terakhir Pilkada Jawa Barat pada Sabtu (23/11/2024) berlangsung meriah di Gedung PMLI, Jl Beringin I No.1, Pandansari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. 

Acara ini menghadirkan empat pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur yang saling memaparkan visi-misi mereka, sementara para pendukung sudah memadati lokasi sejak pukul 18.00 WIB, bahkan sebelum debat dimulai.

Pendukung yang hadir beragam, mulai dari kader partai hingga relawan, salah satunya Posko Relawan Rakyat Indonesia (Posraya Indonesia) Tim 7 Jokowi wilayah Bogor Raya. 

Mereka hadir mengenakan seragam hitam dengan logo khas, menegaskan dukungan mereka kepada paslon nomor urut empat, Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan (Dedi-Erwan).

Keyakinan Posraya Indonesia terhadap Dedi-Erwan

Arief Budiman, koordinator Posraya Indonesia Bogor sekaligus perwakilan Tim 7 Jokowi Bogor Raya, mengungkapkan bahwa dukungan kepada Dedi-Erwan tidak semata-mata instruksi dari jajaran pengurus DPD Posraya Indonesia Jawa Barat. 

Menurutnya, pasangan ini memiliki visi dan misi yang dianggap nyata dan siap kerja untuk Jawa Barat.

“Kami tegak lurus satu komando dan linear sampai ke pusat. Kami ingin Bogor Istimewa dan Jabar juga istimewa, dipimpin Kang Dedi yang jelas siap kerja untuk warga Jawa Barat,” ujar Arief.

Arief menilai, program kerja Dedi-Erwan mencerminkan kebutuhan nyata masyarakat. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam politik, narasi dan program yang terkesan “nyata” sering kali tidak sejalan dengan implementasi di lapangan. 

Menilai kapabilitas hanya dari paparan debat dapat mengaburkan tantangan sebenarnya dalam merealisasikan visi tersebut.

Jejak Konsistensi Posraya Indonesia

Dukungan kepada Dedi-Erwan melanjutkan rekam jejak Posraya Indonesia yang sebelumnya juga mendukung calon Bupati Bogor dari Koalisi Indonesia Maju, Rudy Ade, dalam Pilkada Kabupaten Bogor 2024. 

Baca Juga :  Pilkada Serentak 2024 Berlangsung Aman, Jusuf Kalla Beri Penghargaan pada Proses Demokrasi

Langkah ini mencerminkan komitmen mereka dalam memilih kandidat yang dianggap mampu membawa perubahan signifikan.

Namun, Arief mengkritisi paslon lain dengan menyatakan bahwa hanya Dedi-Erwan yang memiliki program yang relevan.

“Program kerja yang dipaparkan Dedi-Erwan, itulah yang diinginkan masyarakat Jabar, program kerjanya nyata,” tambah Arief.

Pernyataan ini berpotensi mengesampingkan alternatif solusi dari paslon lain yang mungkin memiliki pendekatan berbeda, tetapi sama-sama relevan untuk kebutuhan masyarakat Jawa Barat. 

Mengabaikan perbedaan perspektif dapat menjadi kelemahan dalam menyikapi kompleksitas tantangan daerah.

Optimisme dan Ajakan

Arief optimis bahwa pasangan Dedi-Erwan akan memenangkan Pilkada Jabar, terutama karena adanya harapan dan doa masyarakat yang menginginkan Dedi Mulyadi sebagai gubernur.

“Kita wujudkan bersama setiap harapan masyarakat untuk Kang Dedi. Kita wujudkan di tanggal 27 November nanti dengan memilih nomor 4 untuk Jabar Istimewa dan nomor 1 untuk Bogor Istimewa,” tutupnya.

Refleksi Terhadap Antusiasme Relawan

Kehadiran Posraya Indonesia dalam debat pamungkas menunjukkan antusiasme tinggi dalam mendukung Dedi-Erwan. 

Namun, dukungan semacam ini sebaiknya juga disertai evaluasi kritis terhadap visi-misi pasangan calon. 

Apakah program yang dipaparkan memiliki landasan strategis yang kuat? Apakah solusi yang ditawarkan mencakup keberlanjutan jangka panjang?

Debat terakhir ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk lebih memahami program yang ditawarkan setiap paslon. 

Walaupun antusiasme pendukung penting, penilaian akhir harus tetap berdasarkan pada rasionalitas dan kejelasan implementasi program, bukan sekadar popularitas atau dukungan emosional semata.