Pintasan.co, Jakarta – Setahun telah berlalu sejak konflik di Gaza dimulai. Perang ini dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan sekitar 1.200 warga Israel tewas dan lebih dari 250 orang diculik.

Israel kemudian merespons dengan janji untuk menghancurkan Hamas “dari muka bumi,” melancarkan serangan udara dan darat yang terus-menerus ke Gaza. Akibatnya, lebih dari 41.500 warga Palestina tewas dalam setahun terakhir.

Namun, konflik yang sebenarnya sudah berlangsung selama tujuh dekade ini telah berkembang lebih jauh, meluas hingga melibatkan kekuatan regional seperti Iran dan Hizbullah.

Dikutip dari berbagai sumber, kumparan akan mengulas kembali beberapa momen penting dari perang Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Awal Mula Konflik: Serangan Hamas ke Israel

Pada 7 Oktober 2023, Hamas meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah selatan Israel.

Kelompok ini menerobos pagar pembatas Gaza, menggunakan paralayang dan speedboat untuk menyerang dari darat, udara, dan laut. Dalam waktu singkat, lebih dari 1.200 orang tewas, dan puluhan lainnya diculik dan dibawa ke Gaza sebagai sandera.

Sebagai respons, Israel segera melancarkan serangkaian serangan udara besar-besaran yang menargetkan berbagai lokasi di Gaza serta infrastruktur Hamas. Militer Israel juga menginstruksikan lebih dari 1 juta warga Gaza untuk meninggalkan wilayah utara dan pindah ke selatan guna menghindari serangan yang semakin intens.

Serangan Darat dari Israel

Pada 27 Oktober 2023, Israel meluncurkan operasi darat di Gaza. Tank-tank Israel memasuki wilayah Kota Gaza dengan tujuan untuk menghancurkan jaringan terowongan Hamas yang tersembunyi di bawah kota.

Serangan ini memperburuk krisis kemanusiaan, menyebabkan ribuan warga Palestina mengungsi dari rumah mereka. Israel juga memperketat pengepungan terhadap rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa, yang dianggap sebagai pusat komando Hamas.

Pengepungan ini mengakibatkan kekurangan pasokan medis yang parah, yang menyebabkan kematian pasien, termasuk bayi di unit perawatan intensif.

Serangan Meluas, Terjadi Krisis Kemanusiaan

Hanya satu bulan setelah perang dimulai, pada 6 November 2023, lebih dari 10 ribu warga Palestina, termasuk banyak wanita dan anak-anak, tewas di Gaza. Organisasi internasional, termasuk PBB, memperingatkan tentang potensi krisis kemanusiaan yang lebih parah, dengan akses bantuan yang sangat terbatas.

Pada 21 November 2023, Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata sementara selama tujuh hari. Selama periode ini, beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina. Namun, gencatan senjata tersebut hanya bertahan sebentar sebelum pertempuran kembali meningkat.

Pada Desember 2023, konflik meluas ke wilayah di luar Gaza. Hizbullah, sekutu Hamas dari Lebanon, terlibat dalam baku tembak lintas batas dengan Israel.

Israel juga mulai melancarkan serangan udara ke wilayah Lebanon, Suriah, dan Irak, yang dianggap sebagai basis militer kelompok-kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Iran.

Baca Juga :  Amerika Keluarkan Rp281 T untuk Agresi Israel di Gaza

Pada 14 April 2024, Iran secara langsung terlibat dalam konflik dengan meluncurkan lebih dari 300 proyektil, termasuk rudal balistik dan drone, ke wilayah Israel.

Serangan ini merupakan balasan atas serangan udara Israel yang menargetkan konsulat Iran di Suriah dan mengakibatkan kematian beberapa pejabat militer Iran.

Tuntutan Gencatan Senjata

Krisis ini menarik perhatian internasional pada 25 Maret 2024 ketika Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata, tetapi diabaikan oleh pihak-pihak yang bertikai.

Pada akhir April, ribuan mahasiswa dari kampus-kampus ternama di AS, Eropa, hingga Australia menggelar aksi mendukung Palestina, mendorong kampus dan pemerintah mereka untuk divestasi atau memutus hubungan dengan Israel.

Pada 20 Mei 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan beberapa pemimpin Hamas atas dugaan kejahatan perang.

Ini merupakan pertama kalinya seorang pemimpin negara yang didukung oleh kekuatan besar Barat menghadapi tuntutan pidana internasional.

Perang Gaza Tak Kunjung Usai

Pada Juli 2024, Israel memperluas operasinya ke Khan Younis di Gaza selatan, yang awalnya merupakan tempat pengungsian bagi ratusan ribu warga Palestina. Sepanjang setahun konflik, beberapa pemimpin penting Hamas dan Hizbullah tewas di tangan Israel.

Pemimpin politik utama Hamas, Ismail Haniyeh, tewas di Iran pada 31 Juli. Teheran menuduh Israel bertanggung jawab atas kematiannya. Garda Revolusi Iran mengonfirmasi bahwa Haniyeh dan salah satu pengawalnya dibunuh di Teheran sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.

Sehari setelahnya, pada 1 Agustus, Israel mengumumkan telah membunuh komandan Hamas, Mohammed Deif, dalam serangan pada 13 Juli di kompleks di pinggiran Khan Younis, Gaza selatan, meskipun belum ada konfirmasi langsung mengenai kematiannya.

Ketegangan Israel dan Hizbullah

Sementara itu, serangan lintas batas antara Israel dan Hizbullah di Lebanon semakin intensif. Pada 27 Juli 2024, serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel menewaskan 12 anak, yang kemudian disalahkan pada Hizbullah, sehingga Israel merespons dengan serangan udara ke Beirut.

Pada 17 September, ledakan di pager milik anggota Hizbullah di Lebanon menewaskan 12 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya. Kurang dari 24 jam kemudian, serangkaian ledakan lain menghantam radio walkie-talkie kelompok tersebut.

Saat Hizbullah terguncang akibat serangan elektronik, Israel melancarkan serangan ke Beirut, menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Pada 30 September 2024, pasukan Israel melakukan serangan darat terbatas melintasi perbatasan Lebanon, memicu kekhawatiran eskalasi lebih lanjut. Iran merespons dengan meluncurkan ratusan rudal balistik ke Israel pada 1 Oktober 2024.

Saat ini, Israel masih melakukan serangan udara ke Gaza, sementara operasi darat di Lebanon selatan juga telah dimulai.