Pintasan.co – Dalam tradisi Islam, bulan Sya’ban memiliki keutamaan sebagai bulan yang mempersiapkan umat Islam menyambut bulan suci Ramadhan.
Di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa Timur, masyarakat Muslim memiliki tradisi khusus untuk menyambut bulan Sya’ban.
Tradisi ini merupakan perpaduan antara ajaran Islam dan budaya lokal yang diwarisi secara turun-temurun.
Makna Bulan Sya’ban dalam Islam
Secara historis, bulan Sya’ban adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti puasa sunnah dan doa. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Itulah bulan yang banyak dilupakan manusia, yaitu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Di dalamnya amal amal diangkat kepada Rabb semesta alam, dan aku suka amal amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.” (HR. An-Nasa’i)
Dalam konteks Islam di Nusantara, pemahaman ini melahirkan berbagai tradisi yang bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas dan memperkuat ikatan sosial masyarakat Muslim.
Tradisi Menyambut Bulan Sya’ban di Jawa Timur
Di Jawa Timur, beberapa tradisi khas dalam menyambut bulan Sya’ban masih lestari hingga kini, terutama di kalangan masyarakat pesantren dan masyarakat Muslim tradisional.
- Ruwahan
Tradisi Ruwahan berasal dari kata Ruwah , yang merupakan sebutan lain untuk bulan Sya’ban dalam kalender Jawa. Ruwahan adalah tradisi mengadakan doa bersama untuk mendoakan leluhur dan keluarga yang telah meninggal dunia. Biasanya, keluarga akan mengundang tetangga dan tokoh agama untuk membaca tahlil dan doa bersama. - Ziarah Kubur
Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat Jawa Timur melakukan ziarah ke makam keluarga atau wali-wali Allah. Ziarah ini bertujuan untuk mendoakan arwah para leluhur serta mengingat kematian sebagai bagian dari refleksi diri agar lebih meningkatkan ibadah di bulan Ramadhan. - Megengan
Megengan berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti “menahan diri” atau “bersiap-siap”. Tradisi ini dilakukan dengan mengadakan selamatan berupa pembacaan doa dan makan bersama. Salah satu makanan khas yang disajikan dalam Megengan adalah apem , kue berbahan dasar tepung beras yang melambangkan permohonan ampun kepada Allah. - Nishfu Sya’ban
Malam Nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) memiliki keistimewaan dalam Islam, di mana umat Muslim dianjurkan memperbanyak doa dan ibadah. Di beberapa daerah Jawa Timur, umat Islam berkumpul di masjid atau mushola untuk membaca Surat Yasin tiga kali dengan niat panjang umur, kelancaran rezeki, dan husnul khatimah. - Tradisi di Pesantren
Di pondok pesantren Jawa Timur, bulan Sya’ban biasanya diisi dengan kegiatan keagamaan, seperti pengajian kitab kuning, doa bersama, dan muhasabah diri. Santri juga mengajarkan untuk meningkatkan ibadah guna mempersiapkan diri menyambut Ramadhan.
Tradisi menyambut bulan Sya’ban di Jawa Timur merupakan bentuk akulturasi budaya Islam dan kearifan lokal yang tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman.
Tradisi seperti Ruwahan, Megengan, ziarah kubur, dan peringatan malam Nisfu Sya’ban menjadi sarana bagi umat Islam untuk memperkuat hubungan dengan Allah serta menjaga keharmonisan sosial dalam masyarakat.
Tradisi ini tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya Islam di Nusantara.
Dengan tetap menjaga esensi ajaran Islam, tradisi menyambut bulan Sya’ban dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari warisan khazanah Islam di Indonesia.