Pintasan.co, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2024 mencapai 424,1 miliar dolar AS, yang setara dengan Rp6.956 triliun dengan asumsi kurs Rp16.400.
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, angka ini mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 5,4 persen (yoy).
Namun, jika dibandingkan dengan posisi ULN pada Oktober 2024 yang tercatat sebesar 423,4 miliar dolar AS, terdapat penurunan sebesar 7,7 persen (yoy).
“Perubahan ini dipengaruhi oleh pelambatan laju pertumbuhan ULN sektor publik dan penurunan pada ULN sektor swasta,” jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangannya yang dikutip oleh iNews.id pada Kamis (16/1/2025).
Ramdan juga mengungkapkan bahwa ULN pemerintah mengalami penurunan.
Pada November 2024, ULN pemerintah tercatat sebesar 203,0 miliar dolar AS, yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,4 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 8,6 persen (yoy) pada Oktober 2024.
“Penurunan ULN ini dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional serta penarikan pinjaman luar negeri yang digunakan untuk mendanai berbagai program dan proyek pemerintah,” tambahnya.
Sebagai bagian dari pembiayaan APBN, pemanfaatan ULN ini terus diarahkan untuk mendukung belanja prioritas yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam hal ini, pengelolaan ULN pemerintah dilakukan secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung sektor-sektor penting, seperti Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20,9 persen dari total ULN pemerintah), Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (19,4 persen), Jasa Pendidikan (16,8 persen), Konstruksi (13,5 persen), serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,0 persen).