Pintasan.co Yogyakarta – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, memberikan tanggapan terhadap kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan tersebut menetapkan tarif impor minimal 10 persen untuk barang-barang dari seluruh dunia, termasuk Indonesia yang dikenakan tarif hingga 32 persen.
Hasto mengungkapkan bahwa meskipun dampak langsung terhadap Yogyakarta tidak terlalu besar, langkah-langkah antisipasi tetap perlu diambil, khususnya untuk sektor industri padat karya seperti garmen.
“Alhamdulillah mungkin tidak terlalu banyak (barang dari Jogja yang diekspor ke AS). Tapi paling tidak, industri garmen dari DIY ada. Harus diantisipasi, karena kalau dolar naik, barang impor lebih mahal, produk padat karya bisa menurun,” kata Hasto.
Ia mengingatkan pentingnya memperkuat konsumsi dalam negeri dan mendukung produk lokal.
“Kalau saya, penting sekali untuk menguatkan konsumsi dalam negeri. Jangan banyak belanja yang tidak penting,” pesannya.
Mengenai musim mudik dan libur Lebaran, Hasto mengatakan bahwa perekonomian Yogyakarta cenderung mengalami penguatan seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan yang mulai terasa. Meskipun tiga hari menjelang Idul Fitri kota masih cukup sepi, Yogyakarta mulai ramai dengan pemudik dan wisatawan dua hari sebelum hingga dua hari setelah Lebaran.
“Malioboro dipenuhi warga luar biasa. Menurut pantauan sementara, ada kenaikan jumlah kunjungan sekitar lima persen,” ujarnya.
Dia berharap bahwa libur Lebaran tahun ini dapat meningkatkan sektor pariwisata dan perekonomian lokal.
“Jogja hidup dari pariwisata. Harapan kami pemudik datang lebih banyak dan durasinya lebih lama,” ujarnya.