Pintasan.co, Kulon Progo – Warga Padukuhan Kopat, Kalurahan Karangsari, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, memiliki cara khas untuk merayakan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Tradisi lokal menjadi inspirasi, dengan digelarnya lomba membuat penjor dan membungkus ketupat, atau kopat sesuai dengan nama padukuhan tempat mereka tinggal.
Dukuh Kopat, Dwi Nandanu menjelaskan lomba tersebut menjadi inisiatif dari warga setempat. Khususnya dari para kaum muda.
“Mereka mencari kegiatan atau lomba yang sekiranya sesuai dengan identitas padukuhan,” jelas Danu memberikan keterangannya pada Minggu (10/08/2025).
Keterkaitan lomba dengan nama padukuhan bukan hanya satu-satunya alasan.
Para pemuda Kopat menilai penjor dan kopat merupakan tradisi lokal yang perlu dilestarikan, khususnya bagi masyarakat Jawa.
Menurut Danu, penjor merupakan salah satu unsur penting di setiap acara perayaan bagi masyarakat Jawa.
Sebab memiliki filosofi sebagai ungkapan rasa syukur pada Yang Mahakuasa.
“Penjor juga menjadi lambang kemakmuran dan kejayaan,” ujarnya.
Danu menyampaikan bahwa lomba tersebut diikuti oleh sembilan kelompok, masing-masing mewakili sembilan Rukun Tetangga (RT) di Kopat.
Setiap kelompok terdiri dari 5 orang warga, dan mereka harus membuat penjor dan kopat dalam waktu 3 jam.
Lomba yang baru pertama kalinya digelar ini berlangsung di Halaman Padukuhan Kopat pada Sabtu (09/08/2025).
Penjor yang dilombakan adalah gaya Yogyakarta-Solo.
“Semoga lomba seperti ini bisa digelar rutin setiap tahun, sebagai sarana pelestarian tradisi,” kata Danu.
Uniknya lomba tersebut juga menarik perhatian Wakil Bupati Kulon Progo, Ambar Purwoko.
Ia bahkan datang untuk melihat langsung bagaimana proses pembuatan penjor dan kopat dalam lomba tersebut.
Ia pun mengapresiasi inisiatif dan kreativitas warga Kopat dalam lomba tersebut.
Apalagi ia menilai tradisi pemasangan penjor saat ini mulai sulit dijumpai, sehingga lomba tersebut memberikan manfaat positif.
“Lomba ini setidaknya mampu melestarikan nilai budaya lokal masyarakat Jawa,” jelas Ambar.