Pintasan.co, TasikmalayaKasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya terus mengalami peningkatan sejak Januari hingga Oktober 2024, dengan total mencapai 1.577 kasus

Lonjakan ini diakibatkan oleh berkembangnya jentik nyamuk menjadi dewasa saat peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. 

Akibatnya, delapan pasien dirawat di RSUD Dr. Soekardjo dan beberapa rumah sakit swasta, sementara lima orang dilaporkan meninggal dunia.

Suryaningsih, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, menjelaskan bahwa angka kasus DBD semakin meningkat setiap hari. 

Saat ini, delapan pasien menjalani perawatan intensif di RSUD Dr. Soekardjo, RS Jasa Kartini, dan beberapa rumah sakit lainnya. 

Dia menjelaskan bahwa peralihan musim yang terjadi menyebabkan banyak jentik nyamuk berkembang, yang memicu lonjakan kasus DBD.

“Kasus DBD yang terjadi membuat ada 8 orang harus menjalani perawatan intensif di RSUD Dr Soekardjo, RS Jasa Kartini dan RS Hermina serta rumah sakit swasta lain. Namun, kasus ini masih meningkat sejak awal bulan Januari hingga Oktober tercatat ada 1.577 kasus di antaranya 5 orang meninggal dan masyarakat supaya meningkatkan kebersihan lingkungan seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” katanya, Minggu (27/10/2024).

Suryaningsih juga mengungkapkan bahwa serangan nyamuk Aedes aegypti paling banyak terjadi pada anak-anak usia 0-5 tahun, dengan 289 kasus. 

Usia lainnya yang terdata adalah 427 kasus pada anak usia 6-12 tahun, 229 kasus pada usia 13-18 tahun, 261 kasus pada usia 19-30 tahun, 255 kasus pada usia 31-50 tahun, dan 113 kasus di atas 50 tahun. 

Pergantian musim yang berlangsung membuat banyak jentik nyamuk ditemukan di dalam rumah dan lingkungan sekitar.

 “Meningkat kasus demam berdarah dengue di wilayahnya lantaran pergantian musim el nino ke musim kemarau basah, tetapi yang terjadi kasusnya merata di 69 kelurahan tersebar di 10 kecamatan. Kami minta agar masyarakat selalu waspada dan rutin membersihkan lingkungan sekitar rumah supaya bersih, dan paling utama jangan menyimpan gantungan pakaian, lubang pagar bambu agar ditutup, dispenser harus dikuras,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa peningkatan kasus DBD dipengaruhi oleh peralihan dari kondisi El Niño ke musim hujan. Namun, kasus ini tersebar merata di 69 kelurahan dalam 10 kecamatan. 

Baca Juga :  Menag Lobi Pemerintah Saudi untuk Menambah Kuota Pendamping Jemaah Haji RI

Menurutnya, meskipun saat ini kasus DBD mulai menunjukkan penurunan, perhatian dari semua pihak tetap diperlukan. 

Pemerintah daerah telah mengeluarkan instruksi agar masyarakat lebih waspada. Serangan nyamuk Aedes aegypti tidak mengenal usia, sehingga Dinas Kesehatan telah meluncurkan gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Kami meminta agar masyarakat tetap selalu rutin menguras bak air, menutup, mengubur (3M), pemberantasan sarang nyamuk serta menjaga pola hidup sehat dan bersih (PHBS). Karena, memasuki musim hujan dikhawatirkan kasus DBD mengalami peningkatan dan bagi masyarakat harus waspada membersihkan lingkungan dan selalu meningkatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” pungkasnya.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, DBD telah menyebabkan lima kematian. 

Kecamatan yang mengalami kasus tertinggi adalah Kawalu dengan 277 kasus, diikuti oleh Mangkubumi (212 kasus), Cipedes (200 kasus), Cibeureum (196 kasus), Tawang (157 kasus), Tamansari (139 kasus), Cihideung (128 kasus), Purbaratu (103 kasus), Bungursari (103 kasus), dan Indihiang (62 kasus).