Pintasan.co, Jakarta – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa berdasarkan informasi intelijen terbaru, Rusia tengah mempersiapkan serangan ofensif baru terhadap Ukraina.

Hal ini ia sampaikan dalam pidatonya pada 26 Mei, setelah menggelar rapat dengan jajaran komando militer negara tersebut.

Pertemuan tersebut membahas berbagai topik, termasuk situasi militer terkini, kesiapan tempur pasukan Ukraina, kapasitas industri pertahanan Rusia, serta langkah-langkah strategis Ukraina untuk menghadapi kemungkinan eskalasi dari Moskow.

“Data intelijen dan sumber terbuka menunjukkan bahwa Rusia tidak menunjukkan itikad baik untuk mengakhiri konflik. Tidak ada keseriusan dalam pendekatan diplomatik mereka,” kata Zelensky, seperti dikutip oleh Novinite pada 27 Mei 2025.

Ia menambahkan bahwa sebaliknya, Rusia justru tengah menyusun fondasi untuk melancarkan serangan besar berikutnya.

Zelensky juga menyatakan bahwa Kremlin mengabaikan seruan global untuk mengupayakan solusi damai, dan menyerukan kepada negara-negara sahabat Ukraina agar menyampaikan informasi intelijen ini kepada pemerintahan mereka masing-masing.

Di sisi lain, Kanselir Jerman Friedrich Merz mengumumkan perubahan besar dalam kebijakan militer negara-negara Barat terhadap Ukraina.

Dalam pernyataan pada 26 Mei, ia menyebut Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat kini mengizinkan Ukraina menggunakan senjata mereka untuk menyerang target militer di dalam wilayah Rusia.

Kebijakan ini merupakan langkah signifikan, mengingat sebelumnya peluru kendali jarak jauh seperti ATACMS, Storm Shadow, dan SCALP hanya boleh digunakan untuk menyerang wilayah Ukraina yang dikuasai oleh pasukan Rusia.

Merz menegaskan bahwa Ukraina tetap membatasi serangannya pada sasaran militer, sementara Rusia terus membombardir area sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas perawatan lansia.

Ia juga menyatakan terbuka pada kemungkinan mencabut larangan pengiriman rudal jelajah Taurus, yang mampu menjangkau hingga 500 kilometer, meski belum memberikan konfirmasi soal pengirimannya.

Baca Juga :  Presiden Prabowo Setujui Pembebasan Mary Jane Veloso, Terpidana Mati Narkoba

Sementara itu, mantan Presiden AS Donald Trump mengecam perubahan kebijakan tersebut. Ia menyatakan bahwa pemberian izin kepada Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia dapat merusak upaya diplomatik yang, menurutnya, sedang ia jalankan untuk memediasi perdamaian antara Kyiv dan Moskow.