Pintasan.co, Jakarta – Persaingan antara presiden Jokowi dengan Ketua DPR RI Puan Maharani dalam membantu generasi pribadi membangun politik dalam negeri.

Kita semua tau bahwa putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming tidak lama lagi akan menduduki posisi menjadi wakil presiden.

Tentu nya hal ini banyak menuai pro dan kontra masyarakat terhadap kredibilitas pemilihan, sebagian masyarakat yang setuju terhadap naik nya Gibran menjadi wakil presiden karena melihat hasil kerja ketika menjadi Walikota Solo.

Tetapi sayangnya waktu dinasti dibangun terlalu cepat. Sehingga, kenaikan Gibran saat ini menuai banyak pro-kontra.

Alih-alih mendapatkan sanjungan karena kerja kerasnya menjadi wakil gubernur, Gibran justru mendapat kontra karena dianggap memainkan peraturan undang-undang di Indonesia terkait batas usia minimal menjadi wapres.

Padahal jika tidak terlalu terburu-buru membangun dinasti, masyarakat tidak akan dibutakan dengan pertentangan usia, mereka akan menilai kerja keras selama Gibran menjadi Walikota Solo.

Tetapi, tidak hanya Gibran, Puan Maharani sebagai ketua DPR RI tidak mau kalah saing, saat ini Puan juga sedang membangun dinasti politik dengan memasukan putri sulungnya Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari atau biasa dikenal dengan Pinka Haprani.

Saat ini Pinka Haprani menduduki kursi Anggota DPR RI 2024–2029, Jawa Tengah. Diusia nya yang baru 25 Tahun, Pinka Haprani berhasil menjadi anggota DPR RI dengan memilih konsentrasi untuk perjuangkan masyarakat disabilitas.

Pro Kontra Dinasti Politik

Banyaknya dinasti yang terjadi saat ini dapat menjadi hal negatif bagi Indonesia, karena dinasti politik akan membatasi kebebasan demokrasi dan menimbulkan keinginan perebutan kekuasaan yang semakin besar.

Hal tersebut terjadi biasanya karena adanya kepentingan pribadi untuk mendapatkan keuntungan kerjasama antara kekuasaan dengan pengusaha.

Baca Juga :  Hasil Hitung Cepat Lebih Unggul, Paslon Cecep-Asep Klaim Kemenangan di PSU Pilbu Tasikmalaya

Sehingga akan lebih mudah menjalankan usaha atau bekerja sama dengan pengusaha apabila memiliki wewenang atau kekuasaan.

Demokrasi yang semakin menyempit juga menimbulkan keserakahan dan meningkatnya nilai harga diri seseorang, sehingga para pendiri dinasti politik berebut tahta untuk mempertahankan harga diri atas kekuasaan yang pernah dimilikinya dengan cara menurunkan atau memberi kursi kepada penerus generasi pribadi.

Apa lagi yang akan terjadi jika dinasti politik terus berjalan? dinasti politik yang terus berjalan secara turun-menurun akan mengakibatkan sedikitnya pembaruan, menyempitnya pandangan ide ide baru, karena pemikiran yang turun menurun, sehingga Indonesia hanya menjadi negara yang mengikuti aturan-aturan yang biasanya berlaku dan akan sedikit pembaruan.

Terjadinya dinasti politik juga dapat menurunkan identitas demokrasi, kredibilitas bahkan kualitas seorang pemimpin, karena tingginya jabatan pemimpin yang memberikan jabatan kepada generasi pribadi juga akan menurunkan kualitas, karena pandangan masyarakat terkait “pemimpin yang baik, penerusnya akan baik” padahal belum tentu, pasti akan ada perbedaan pendidikan, pola pikir dan belajar pada penerus selanjutnya.

Seharusnya dinasti politik Indonesia tidak banyak dan tidak seharusnya ada, karena hal tersebut juga dapat mengurangi kredibilitas atau kepercayaan masyarakat terhadap pimpinan negara.

Penulis: Umi Hanifah (Content Writer Pintasan.co)