Pintasan.co, Karawang – Sebuah video yang menunjukkan rumah warga di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, diserbu ribuan tikus baru-baru ini menjadi viral di media sosial.

Kejadian ini terjadi di Dusun Cibatu, Desa Kuta Makmur, Kecamatan Tirtajaya, pada Jumat (25/10/2024) tengah malam. 

Dalam video yang diunggah ke platform media sosial X (Twitter), tikus-tikus tersebut terlihat merayap di depan pagar dan bahkan masuk ke kamar mandi rumah warga. 

Rumah-rumah yang diserbu tikus ini berlokasi dekat persawahan, dan video lain dari akun X @B3doeL_ juga memperlihatkan tikus-tikus berlarian ketika disorot warga dengan senter.

Ahli ekologi dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Dr. Puguh Karyanto, S. Si, M. Si, Ph.D, menjelaskan bahwa fenomena ini biasa terjadi di daerah yang menjadi pusat produksi padi, seperti Karawang. 

Menurutnya, serangan tikus ini terjadi karena populasi tikus yang kehabisan stok pakan di sawah.

“Populasi tikus kehabisan stok pakan di sawah, jadi pasti menginvasi rumah-rumah penduduk, itu pasti” katanya pada, Minggu (27/10/2024).  

Setelah panen, ketika padi di sawah sudah habis, tikus sawah, atau Rattus argentiventer, akan mencari sumber makanan baru, salah satunya dengan mendekati pemukiman warga.

Puguh juga menjelaskan bahwa ledakan populasi tikus sawah berhubungan erat dengan siklus tanam padi. 

Saat padi mulai berbunga dan mendekati panen, tikus-tikus ini berkembang biak dengan cepat. 

“Ditambah keberlangsungan hidup anakannya hampir 100 persen, dengan usia kehamilan hanya 15 hari. Malam melahirkan, paginya dia hamil lagi. Bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah tikus yang dihasilkan dalam satu musim tanam,” imbuh pria yang sudah meneliti hama tikus sawah sejak 1997 hingga 2013 ini. 

Meskipun fenomena ini mengkhawatirkan, Puguh meyakinkan bahwa tikus sawah cenderung lebih bersih dibandingkan tikus got atau yang hidup di saluran air. Bahkan, tikus sawah kerap dikonsumsi di beberapa daerah di Indonesia. 

Baca Juga :  Jasad Nelayan yang Terhanyut di Pantai Widarapayung Cilacap Ditemukan oleh Warga

“Mereka bersih. Mereka makan padi,” ujarnya.

Untuk menekan populasi tikus sawah, Puguh merekomendasikan penggunaan Linear Trap Barrier System (LTBS) atau jebakan berpenghalang, yang terbukti efektif dalam mengurangi jumlah tikus dibandingkan metode lain, seperti melepas ular di sawah. 

“Itu efektif sekali, cuman petani sekarang, tidak mau repot. Memang LTBS perlu usaha yang masif dan terkoordinasi.”

Sayangnya, menurutnya, sistem ini memerlukan usaha masif dan terkoordinasi dari petani, kelompok tani, dan penyuluh pertanian agar pengendalian hama tikus dapat dilakukan secara menyeluruh.

“Jadi peran penyuluh pertanian dan petan kelompok tani untuk mau secara bersama-sama melakukan pengendalian hama terpadu itu kunci paling utama mengendalikan hama tikus, ” tandasnya. 

Kapolsek Tirtajaya, AKP Hasanudin, yang menanggapi peristiwa ini, menjelaskan bahwa warga hanya bisa mengusir tikus-tikus tersebut kembali ke area persawahan. 

“Tiba-tiba tikus itu menyerang begitu saja. Jumlahnya yang pasti banyak banget,” ungkapnya. 

Warga semalam pun hanya berusaha mengusir tikus-tikus tersebut ke area persawahan. 

“Iya karena di belakang (sawah), itu bukan bidang kita maka selanjutnya sudah dilaporkan ke dinas pertanian,” katanya. 

Dia menyebut, usai kejadian itu personilnya pagi hari mengecek ke lokasi, akan tetapi tikusnya sudah tidak ada. 

“Sekarang sih tikusnya sudah nggak ada, semalam tadi juga enggak ada. Mudah-mudahan nggak terulang lagi,” kata Hasanudin.