Pintasan.co, Semarang – Menara Syahbandar Sleko yang terletak di kawasan Kota Lama Semarang memiliki ciri khas dengan empat sisi bangunan yang menghadap ke empat penjuru mata angin yakni, Utara, Barat, Selatan, dan Timur.
Bangunan ini kini telah direvitalisasi, dengan tembok yang dicat putih dan salah satu sisi bangunannya diganti dengan dinding kaca, sementara bagian puncak menara tetap mempertahankan bentuk aslinya.
Pada abad ke-18, menara ini menjadi simbol penting dalam industri dan perdagangan di Kota Semarang.
Dengan adanya pelabuhan Sleko, Kota Semarang menjadi salah satu titik penting di Pulau Jawa dalam distribusi barang dari daerah pedalaman.
Bangunan tersebut menjadi saksi sejarah bahwa Semarang pernah memiliki jalur sungai yang berfungsi sebagai pusat perdagangan atau pelabuhan dagang.
“Orang saat ini mengenalnya dengan sebutan menara Sleko karena berada di jalan Sleko, tapi dulu ini menara Syahbandar fungsinya semacam pintu tol, karena dahulunya pelabuhannya di sini atau ngebumnya. Makannya ada kampung bum,” kata Rukardi.
Pada masa itu, kapal-kapal yang akan memasuki Kota Semarang harus membayar tarif yang dipungut oleh petugas atau Syah di pelabuhan.
Oleh karena itu, menara ini diberi nama Syahbandar, yang merujuk pada petugas yang mengumpulkan pungutan di pelabuhan.
Setelah pergantian abad, sekitar akhir abad ke-19, area sekitar Menara Syahbandar beralih fungsi menjadi lokasi pabrik gas Sleko.
“Ada beberapa tabung-tabung gas besar, yang disalurkan dari rumah ke rumah. Dulu juga sempat tren itu, lampu yang disaluri gas untuk menyalakan karena listrik kan belum ada,” tuturnya.
Saat ini, bangunan Menara Syahbandar telah mengalami banyak perubahan akibat renovasi, setelah sebelumnya terbengkalai selama bertahun-tahun.
“Jelas tidak (original), saya juga tidak tahu kenapa memilih konsep kaca pada bangunannya. Kalau menurut undang-undang cagar budaya kan bentuk seharusnya dikembalikan seperti aslinya,” katanya.
“Terapi setidaknya ini sudah lebih baik dari dahulu, yang sempat ada wacana untuk dibongkar. Untungnya dari pihak PGN menyadari bahwa ini adalah aset penting. Ini adalah sebuah tetenger yang penting bagi Kota Semarang atau Kota Bandar,” ujarnya.
Menara Syahbandar ini menjadi tanda bahwa pada abad ke-18 pelabuhan Semarang sangat sibuk dan ramai.